72

7 4 0
                                    

Hening.

Dulu, keheningan adalah suatu kemewahan, suatu perasaan damai yang tidak aku sangka akan menyukainya. Ini seperti ketika aku terbangun di atas hamparan dataran kosong dengan langit biru membentang luas di atas kepalaku--begitu tenang hingga aku tidak perlu melakukan apa pun, kecuali berbaring.

Aku kira, aku menyukai suasana ini. Akan tetapi, ada sesuatu yang kurang.

Perasaan ini sungguh mengganjal hatiku, seperti ada bagian dalam diriku yang telah direnggut. Coba lihat, di mana pohon-pohon yang selama ini menaungi tempat ini? Di mana angin yang selalu membawa kesejukan dan aroma bunga-bunga? Dan di manakah pula aku dapat mendengar suara gemericik air yang menghidupi seluruh tempat ini? Tanpanya, tempat ini terasa begitu hampa.

... Terlebih, saat ini, aku tidak menemukan sosoknya di tempat ini.

Aku tidak lagi dapat merasakan kehadirannya, tak lagi melihat senyumnya bahkan mendengar nyanyiannya yang merdu. Ya, sosok anak manusia yang selalu mengekor ke mana pun aku pergi--gadis kecil yang selalu memanggilku dengan nama pemberiannya itu ... tidak lagi ada di tempat ini.

"Hahaha ...."  Aku tertawa canggung, menyadari apa yang sebenarnya hilang dalam diriku.

Meski terlihat sama, tempat ini bukanlah tempat yang aku kenal. Ini menjelaskan keganjilan yang sejak tadi aku rasakan. Sejak awal tidak ada yang nyata dari tempat ini. Sebab, tempat ini bukanlah tempatku berpulang.

"Aku harus kembali." Aku membulatkan tekad.

Sesaat menyadari kepalsuan dunia ini, langit tiba-tiba berubah kelam dan seketika itu juga ia meruntuhkan diri. Tanah yang kupijak mulai berguncang keras, menciptakan patahan-patahan jurang yang tak berdasar. Perlahan, kegelapan mulai merangkak naik, menghanyutkan apa pun yang dilaluinya.

Dunia mulai hancur. Kiamat sudah di depan mata. Namun, aku tak juga beranjak. Malahan, aku menutup mataku, membiarkan kegelapan itu menenggelamkanku. Semua ini tak membuatku takut, tak juga gentar. Sebab, di balik kehancuran ini, dunia yang sesungguhnya telah menantiku.

Sebab, aku tahu, ketika aku membuka mataku nanti....

.

.

... Gadis itu akan ada di sisiku dengan senyumnya yang telah mengembang.

.

Deer You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang