54

22 5 0
                                    

"Keturunanku yang akan terus membantumu membangun dan menjaga tempat ini, tempat yang kini disebut sebagai Hutan Putih."

Kedua manik pria itu terlihat berkilauan terlepas berapa banyak kerutan yang dimiliknya sekarang. Ini seolah aku menyaksikkan kembali sosoknya yang dulu--sosok pria muda yang penuh tekad, tetapi tetap berbalutkan sikap rendah hati.

"Demikian setelah aku pergi dari dunia ini, relasi antara kita berdua tidak akan hilang," ungkapnya.

"Maksudmu perjanjian darah yang pernah kita buat?"

Pria itu mengangguk. "Kamu masih mengingatnya, bukan?"

"... Tentu saja, aku masih mengingatnya," jawabku dan memutar kembali saat-saat bagaimana perjanjian yang menghubungkan dua kaum berbeda tersebut terbentuk.

"Aku juga telah memberitahu putraku untuk mengunjungi hutan ini setiap tahun, untuk terus memperbarui perjanjian tersebut," jelasnya.

'Memperbarui' atau lebih tepatnya untuk melangsungkan perjanjian tersebut dengan generasi berikutnya. Ini sekaligus menjadi pengingat agar aku tetap menepati perjanjian di antara kami berdua seumur hidupku--untuk tidak membunuh manusia lagi dan hanya menyantap darah dari keturunan pria tersebut.  

"Demikian, kamu juga tidak akan kesepian dengan kepergianku. Jadi, jangan lupa untuk selalu bersikap ramah terhadap cucu dari cucu dari cucuku," ucapnya.

Aku pun menghela napas, "haa, sejak awal, kau telah merencanakan semua ini, bukan? Kau ingin mengikatku pada tempat ini."

"Benar," jawabnya mengiyakan, "tapi, aku memiliki alasan."

"Apa yang sebenarnya ingin kau capai, manusia?"

"Aku pernah bermimpi," jawabnya. "Di dalam mimpi itu, kita semua dapat hidup berdampingan tanpa harus membunuh satu sama lain."

"Itu mimpi yang mustahil."

"Aku tahu. Namun, aku yakin suatu hari, mimpi tersebut akan terwujud. Mungkin tidak akan terwujud dalam waktu dekat, tetapi aku telah mempersiapkan pondasi yang diperlukan untuk dapat benar-benar mewujudkannya. Sisanya, generasi berikutnya yang akan meneruskan," terangnya, "oleh karena itu, aku membutuhkan bantuanmu, untuk menjaga tempat ini selama mungkin."

"Sungguh, aku masih tidak mengerti dengan apa yang ingin kau capai, manusia."

"Kamu akan tahu. Suatu hari nanti, ketika aku dapat terlahir kembali di dunia ini, ketika kita dapat bertemu kembali di dalam hutan yang kita bangun bersama ini, kamu akan tahu. Karena itu, maukah kamu menungguku sedikit lebih lama lagi?"

.

.

"Tunggulah aku, tunggulah aku si tuan pemimpi ini."

.

Deer You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang