Kenapa anak manusia itu sama sekali tidak bergerak?
Aku berteriak, memanggilnya berulang kali. Namun, gadis itu tetap tak menyahut seolah-olah tidak ada suara lain yang dapat masuk ke dalam telinganya saat ini. Tatapannya kosong. Gadis itu terus memandang kobaran api yang menari-nari di hadapannya, mengubur dalam-dalam warna merah yang melahap desa tempat tinggalnya dulu di dalam memorinya.
Gawat, aku harus cepat memadamkan api ini!
Aku berhenti memanggil gadis itu dan segera menengadah ke atas langit, kembali memfokuskan diri. Tak lama, sebuah kilatan cahaya menyambar turun dari langit, diiringi suara gemuruh yang memecah keheningan. Perlahan, rintik-rintik air hujan pun mulai berjatuhan, membasahi seisi Hutan Putih.
"Akhirnya, hujan turun!!"
Para gagak pun bersorak-sorai menyambut gembira setiap tetes air hujan yang membasahi bulu-bulu mereka. Begitu juga dengan para penghuni hutan lainnya yang tak lelah menengadah ke atas langit sambil menikmati aroma yang membawa kelegaan di dalam hati. Sebab, api yang tadinya bergerak begitu cepat melahap tempat tinggal mereka mulai teredam berkat hujan ini.
Melihatnya, aku pun turut menghembuskan napas lega dan seketika itu pula tubuhku melemas, mungkin karena ketegangan yang dari tadi ak urasakan akhirnya lenyap tak bersisa. Namun, bagaimanapun lelahnya, kedua mata ini masih saja mencari-cari sosok anak manusia tersebut.
Rupanya, gadis itu masih terdiam di tempat yang sama, tetapi kali ini, memandangi sisa-sisa desanya yang telah menjadi arang hitam. Aku pun bergegas terbang turun untuk menghampirinya. Sesaat kakiku menyentuh tanah, cahaya putih langsung menyelimutiku dan kembali merubah wujudku me jadi sosok macan putih raksasa.
Akan tetapi, walau dalam sosok demikian, gadis itu tetap tak bergerak dari tempatnya. Dirinya bahkan tak menoleh ke arahku seakan tak menyadari kehadiranku yang telah berdiri di sampingnya. Ini mengingatkanku pada saat pertama kali kami bertemu, yaitu di bawah langit kelabu yang tengah menurunkan air matanya seakan sedang menunjukkan kepedihannya.
"Kau akan jatuh sakit jika terus diam di tempat seperti ini. Ayo, kita pergi," usulku usai menyadari tubuh mungilnya yang mulai gemetaran.
.
.
"... Tapi, ke mana?"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deer You (END)
Fantasy"Hidup kita begitu berbeda. Mengetahuinya, apakah kamu masih ingin tinggal bersamaku?" . Singkat, manis, namun tidak terduga ... itulah pertemuan antara sang penguasa Hutan Putih dengan seorang anak manusia yang telah dibuang kaumnya. Lalu, ke manak...