39

23 6 0
                                    

"Beraninya kau masuk masuk ke dalam kediamanku, manusia!"

Tanah pun berguncang hebat seketika aku mendarat untuk bertemu pandang dengan manusia tersebut. Aku meraung keras. Dan dalam wujud harimau raksasa, aku mengintimidasinya dengan menunjukkan tubuhku yang besar serta taringku yang tajam. Namun, pria itu sama sekali tak gentar melihatku dan tak akan mundur sebelum keinginannya didengar.

"Apa yang kau inginkan dariku, manusia?"

Pria itu tersentak. Matanya membelalak, terkejut mendengarku berbicara dalam bahasanya. Pria itu tidak menyangka jika aku dapat mengerti bahasa mereka. Beribu-ribu tahun tinggal dekat dengan kaum manusia menjadikanku sedikit banyak paham terhadap bahasa mereka. Lebih-lebih, saat ini ada seorang anak manusia yang tinggal bersamaku.

Walau demikian, pria itu tetap tak goyah, malahan ia semakin membusungkan dadanya.

"Terima kasih telah memberiku kesempatan, yang mulia. Sesungguhnya, hanya satu permohonanku," ucapnya masih bertingkah sopan. "Kumohon, kembalikanlah putriku!"

Dahiku mengerut, "siapa yang kau maksud? Apakah gadis kecil yang kalian jadikan sebagai kurban persembahan untukku? Tidakkah kau merasa malu meminta kembali apa yang telah kau berikan kepadaku?"

"Yang mulia! Kumohon, kembalikan putriku! Putriku sangat berharga bagiku. Dia satu-satunya harta yang ditinggalkan mendiang istriku!" mohon si pria dengan teramat sangat.

"Kalau dia sebegitu berharganya bagimu, mengapa orang-orangmu mempersembahkannya kepadaku?"

"Bukan aku, tapi mereka, orang-orang desa yang memutuskannya! Mereka semua menyembunyikannya dariku, termasuk keluargaku sendiri!" ungkapnya, "dan setelah mengetahui kebenaranmya, aku membuat mereka membayar semua perbuatan mereka!"

Tiba-tiba, sebuah bola api muncul dari atas telapak tangannya. Saat ini, bola api itu terlihat melayang-layang dengan tenang, tetapi lain ceritanya jika pria itu memutuskan menjatuhkan bola api tersebut di dalam kediamanku yang merupakan jantung Hutan Putih. Bisa-bisa seluruh hutan ini habis dibakarnya.

Namun, kobaran bola api tersebut ... aku masih mengingatnya dengan jelas--bagaimana baunya, bagaimana sensasi panas yang ditimbulkan bola api tersebut. Semuanya masih melekat kuat di dalam ingatanku, termasuk rasa sakit yang menjalar di kepalaku waktu itu.

.

.

"Rupanya, kaulah yang membakar hutanku."

.

Deer You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang