69

6 4 0
                                    

"Jangan kau sentuh anak manusia itu!"

Aku menggeram, mencoba untuk bangkit kembali. Namun, sia-sia, tak satu pun anggota tubuhku yang menurut sementara makhluk-makhluk itu semakin bersorak-sorak dengan keras. Mereka begitu menantikan saat-saat bagaimana taring-taring tajam mereka akan mendarat dan mengoyak seluruh tubuh gadis tersebut.

"Aku mohon, bergeraklah!" pintaku sembari mengulurkan tanganku ke arah gadis tersebut--mengulurkan tangan pendek milikku yang tak lagi dapat menggapai bahkan melindungi gadis tersebut.

Aku menggertakkan gigi. Ini pertama kalinya aku benar-benar merasa tidak berdaya. Saat ini, aku begitu lemah dan tidak dapat berbuat apa pun meski dahulu aku adalah makhluk terkuat di hutan ini. Sungguh, apa gunanya kekuatan bila saat ini aku tak dapat menggunakannya? Apa gunanya gelar penguasa hutan bila aku tak dapat melindungi bahkan satu saja anak manusia?

"Bersiaplah, gadis kecil!" seru rubah itu seraya mengangkat taringnya tinggi-tinggi diikuti sorak-sorai yang semakin menggebu.

Namun, sesaat sebelum taring itu menghujam tubuh gadis tersebut, tiba-tiba, langit kembali bergemuruh. Suaranya begitu menggelegar, memecah langit senja yang tengah bersiap mengawali hari. Kian bergema, bunyi desingan itu terus berkumandang hingga ke seluruh penjuru hutan, membuat semua penduduknya menengadah ke langit dalam hening seolah mereka berhasil dibuatnya bungkam.

Perlahan, secercah cahaya mulai menyembul dari balik cakrawala--memberikan sedikit warna dan kehangatannya untuk dunia ini, memberikanku juga sedikit harapan yang sebelumnya direnggut dariku.

Sungguh, aku tidak menyangka akan kembali diselamatkan oleh kaum terlemah di dunia ini....

.

.

"... Manusia!"

.

Deer You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang