"Maaf! Maafkan kami!"
Jeritan yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya itu terus berkumandang di telinganya. Putus asa, masing-masing dari suara itu terus memohon untuk sebuah pengampunan di tengah kekacauan yang tengah terjadi.
"Tolong! Tolonglah kami!"
Ketika semua orang sedang memohon-mohon, hanya dirinya saja yang berdiri tegak, menyaksikan semua kekacauan itu dalam diam, berpikir semua ini adalah hasil dari apa yang mereka tabur.
"Panas sekali! Siapa pun, tolong, hentikan api ini!"
Semenjak kebakaran malam itu, suara-suara mereka terus muncul di dalam mimpinya. Bayangan bagaimana kehancuran desa, tempat dulu ia tinggal terus terulang di dalam kepalanya.
Warna merah menyala yang terus melahap desanya dan juga bayang-bayang keluarganya yang terjebak di dalam kobaran kebencian itu selalu menjadi mimpi yang menghantuinya setiap malam. Di dalam mimpi itu, keluarganya terus mengulurkan tangan mereka, berharap mendapat pertolongan darinya, berharap dirinya juga akan mengulurkan tangan dan menarik mereka keluar dari kobaran api tersebut. Namun, pada kenyataannya, ia tak mampu berbuat apa pun. Ia ragu untuk mengulurkan tangannya. Alhasil, ia hanya dapat memandang mereka tenggelam dalam lautan merah tersebut.
Ia tahu semua ini hanyalah ilusi. Ia tidak pernah melihat keluarganya di dalam kobaran api tersebut. Namun, pada malam itu, tubuhnya membeku. Lututnya lemas hingga ia hanya bisa jatuh terduduk dan membiarkan kobaran api itu melahap semuanya.
... Malam itu, jika ia dapat mengulurkan tangannya, apakah ia dapat menyelamatkan mereka semua?
Seluruh penduduk desa bahkan keluarganya sendiri telah memilih untuk membuang dirinya. menjadikan persembahan bagi penguasa Hutan Putih. Tak seharusnya ia menaruh simpati kepada mereka. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, kerinduan itu masih melekat di dalam dirinya. Suatu keyakinan fana, secercah harapan yang disimpannya rapat-rapat dalam hati.
Ia percaya dirinya masih memiliki tempat untuk pulang. Ia percaya, keluarganya akan membawanya kembali atau setidaknya satu diantara mereka masih ada yang mengingat dirinya. Namun, pada akhirnya, semua harapan itu tidak akan pernah dapat terwujud.
.
.
... Sebab, semuanya telah sirna. Tidak ada lagi yang tersisa.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deer You (END)
Fantasy"Hidup kita begitu berbeda. Mengetahuinya, apakah kamu masih ingin tinggal bersamaku?" . Singkat, manis, namun tidak terduga ... itulah pertemuan antara sang penguasa Hutan Putih dengan seorang anak manusia yang telah dibuang kaumnya. Lalu, ke manak...