"APA APAAN INI?!"
Haechan tersentak takut mendengar ucapan Taeyong. Sekarang di pikirannya menerka nerka apa yang akan dilakukan hyung nya itu.
"Dasar bodoh! Percuma saja jika aku dan dan yang lainnya mengeluarkan biaya untuk sekolahmu!" Ucap Taeyong.
Johnny sudah menduduki salah satu sofa sambil menunduk dan memijat pelipisnya.
Sedangkan Taeyong masih terus saja melakukan aksinya menghina dan memarahi adik bungsunya.
"APA YANG BISA DIBANGGAKAN DARIMU, BODOH"
"Adikku yang lain tidak ada yang sebodoh dirimu! Adikku yang lain selalu membanggakan! Tidak sepertimu!"
"Apa yang sebenarnya ada di dalam otakmu itu?! GAME?! IYA! HANYA GAME YANG ADA DI PIKIRAN SEMPITMU ITU!"
Haechan yang mendengar itu hanya bisa menunduk kaku di hadapan Taeyong. Tak bisa membantah dan hanya bisa diam menyalahkan dirinya sendiri dalam batin.
"Kemarikan handphone mu!" Haechan menurut memberikan handphone nya kepada Taeyong.
"Tidak akan kukembalikan sampai kau mendapatkan nilai sempurna!"
"Kau juga tidak boleh keluar rumah selain untuk sekolah, habiskan waktumu untuk belajar! Dapatkan nilai sempurna agar uang kami tidak sia sia!" Timpal Johnny.
"DENGAR TIDAK?!" Bentak Taeyong sekali lagi.
"Iya.. hyung"
"Bagus! Sekarang pergi ke kamarmu dan belajar!"
"Baik hyung, maaf mengecewakan." Setelah mengatakan itu Haechan segara beranjak menuju kamarnya dengan perasaan kecewa yang sangat besar kepada dirinya sendiri.
Sepertinya Haechan akan menghabiskan waktu liburannya dengan setumpuk buku buku kali ini.
°°°
Di dalam kamarnya, Haechan tengah duduk di bangku belajarnya. Membaca buku pelajaran hingga catatan yang ia kumpulkan.
Haechan terlalu fokus pada apa yang ia kerjakan saat ini, tak memperdulikan apapun yang terjadi sekarang.
Haechan terultimatum oleh kekecewaan kakak kakaknya, sehingga ingin berusaha keras membayar semua itu. Ia ingin memperbaiki nilai nilainya.
Bahkan ini sudah melampaui waktu makan malam. Tentu Haechan belum makan malam. Dan sebenarnya, Haechan juga belum makan siang.
Mirisnya, tidak ada yang sadar akan itu. Atau.. tidak peduli?
***
Sekarang sudah tengah malam, dan Haechan juga masih belum beranjak dari meja belajarnya.
Cklek..
"Ck, si bodoh ini masih disitu ternyata."
Mendengar itu Haechan menoleh, melihat eksistensi Doyoung di depan pintu kamarnya saat ini.
"Ada apa hyung..?"
"Daritadi kau disitu, tidak lihat sudah jam berapa sekarang?"
Tadi juga sepulang kerja, Doyoung mengecek Haechan setelah mendengar cerita penuh emosi Taeyong.
Dan tidak hanya Doyoung. Hampir semua anggota keluarga disana mengecek Haechan. Tapi Haechan tidak sadar akan hal itu.
Haechan menengok ke arah jam dinding sekilas. Sedikit terkejut, sudah tengah malam pikirnya tak terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun || Haechan
Fanfictiondianggap pembawa sial, tak berguna, bodoh dan yang lebih parah nya anak pungut? bagaimana jika kalian berada di posisi nya? marah? sedih? atau akan tetap bertahan? dia, Lee Haechan menanggung semua rasa itu, rasa sakit, sedih, marah, tapi tak bisa m...