Suasana terik siang itu cukup membuat ketiga remaja yang menyandang status sebagai siswa SMA itu keheranan melihat satu temannya yang memakai hoodie panjang dan eum, lumayan tebal tampaknya.
Sejak pagi tadi, Haechan sampai di sekolah ia sama sekali tidak melepas hoodie nya. Saat di tanya ia hanya menjawab tidak apa-apa.
Bukan bagaimana, tapi Haechan yang memakai hoodie panjang di kala cuaca panas terik siang itu cukup membuat ketiga temannya merasa kegerahan sendiri dibuatnya.
"Chan, lihat itu! Keringatmu banyak sekali, pasti sangat panas kan? Lepas saja lah hoodie mu itu!" Pinta Jaemin.
"Tidak mau Jaem! Aku mau begini kok." Jawabnya.
"Melihatmu seperti itu, malah kita yang kegerahan sendiri, Chan!" Timpal Renjun.
"Ya sudah, jangan melihat kalau begitu!"
"Bicara dengan Haechan tidak akan ada gunanya, biarkan saja dia seperti itu, kalau sudah tidak tahan akan di lepas sendiri pasti." Ujar Jeno.
"Nah, dengar tuh omongan Jeno, biarkan saja." Ucap Haechan dengan wajah tengilnya.
Yang sebenarnya Jeno bicara seperti hanya ingin melihat, sampai mana Haechan akan tahan menutupi sesuatu dari mereka.
Jeno tahu ada yang di sembunyikan Haechan, dia sadar sejak pertama bertemu Haechan tadi pagi.
Saat Haechan berusaha melepas ranselnya, dia meringis menahan sakit.
Saat Jeno dengan sengaja memegang tangannya, Haechan lagi-lagi berusaha menahan sakit dan menyembunyikannya.
Bisa di bilang Jeno adalah orang yang sangat peka. Memang terlihat kurang peduli sekitar, tapi nyatanya Jeno adalah orang yang paling peduli dan paling tahu hal-hal kecil di sekitarnya, terutama keluarga dan temannya.
Hampir semua yang terjadi di antara mereka Jeno tahu, walau mereka tidak cerita. Maka dari itu, untuk memastikan pengetahuannya, dia berusaha mengintimidasi hingga yang bersangkutan bercerita yang sebenarnya.
Bukan maksud memaksa, tapi Jeno itu tidak suka jika ada yang disembunyikan dari orang sekitarnya. Terutama dalam circle persahabatan mereka.
Karena jika masih banyak yang di sembunyikan di antar mereka, Jeno merasa mereka belum cukup dekat untuk di sebut sahabat. Dan tentunya ia merasa tidak berguna dan tidak di butuhkan.
Jadi sebisa mungkin ia mengintimidasi Haechan untuk bicara sejujurnya, agar tidak ada lagi yang di sembunyikan.
---
Ting!
Suara notifikasi pesan di handphone Haechan berbunyi, menandakan adanya pesan yang masuk.
Haechan melihat dari layar notifikasi pop-up di handphone nya, dan melihat nama 'Nojam' tertera.
Ia sedikit bingung kenapa Jeno mengiriminya pesan, padahal mereka sedang berhadapan di satu meja.
'Mau bicara langsung, atau empat mata?'
Saat membaca pesan yang Jeno kirim pun, dirinya semakin bingung di buatnya.
Entahlah, untuk hal kepekaan, Haechan memang sangat minim. Walau di bawah Haechan masih ada Jaemin yang sulit sekali untuk peka dan paham situasi.
Ia menaikkan satu alisnya, dan mengirimkan pesan balasan yang menanyakan maksud dari Jeno.
Membaca balasan Haechan, Jeno menghela nafas lalu berdiri, yang dimana perilakunya itu mengundang tatapan penuh tanya dari tiga orang temannya.
"Mau kemana, Jen?" Tanya Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun || Haechan
Fanfikcedianggap pembawa sial, tak berguna, bodoh dan yang lebih parah nya anak pungut? bagaimana jika kalian berada di posisi nya? marah? sedih? atau akan tetap bertahan? dia, Lee Haechan menanggung semua rasa itu, rasa sakit, sedih, marah, tapi tak bisa m...