Hari ini Jaemin kembali uring uringan. Haechan belum juga bisa dihubungi, ia belum masuk sekolah.
Tidak berbeda jauh dengan Jaemin, di pojok kelas ada Renjun dan Jeno yang sedang bergelut dengan pemikiran mereka masing masing dengan perasaan khawatir yang menyelimuti.
Saat ini jam istirahat, tetapi mereka sama sekali tidak menyentuh makanan atau minuman.
Sepertinya rencana mereka untuk mengunjungi rumah Haechan akan terlaksana siang ini.
Sudah tidak bisa tertunda lagi, kalau tidak mereka akan terus dilingkupi rasa khawatir dan juga penasaran.
"Aku tidak mau tahu, hari ini kita harus ke rumah Haechan. Tidak peduli mau ada latihan ataupun ekstra, kita harus ke sana.
Atau kalau kalian tidak mau, aku ke sana sendiri juga tidak apa apa." Putus Jaemin.
Renjun dan Jeno langsung meng iya kan keputusan Jaemin. Agar mereka juga lekas tahu kabar Haechan.
***
Cklek~
Pintu bercat putih tulang itu terbuka, menampakkan seseorang berkemeja navy yang mendorongnya.
Mengundang tatapan dari seorang berpakaian rumah sakit yang terbaring di atas brankar.
Setelah itu langkah tegas Johnny terdengar, serta nampak tubuh tegapnya yang terbalut pakaian rapi, dengan jas tersampir di lengannya.
Haechan tak dapat menyembunyikan senyum cerahnya melihat johnny memasuki ruang inapnya.
"Eoh, kau sudah bangun." Meski terdengar dingin, namun Haechan senang. Ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Segera Johnny melangkah ke arah sofa di dalam ruangan itu. Terlihat ia sedang melonggarkan dasi nya, lalu membuka laptop yang sempat ia tenteng dalam tas nya.
Rautnya terlihat canggung berada disini. Sebenarnya, Johnny terpergok oleh Haechan. Harusnya kan ia tidak kesini saat Haechan sudah sadar.
Hanya saja, ia terlanjur. Jadi ia bingung sendiri harus apa sekarang.
Haechan sendiri juga bingung harus berbicara apa, topik seperti apa yang harus ia bahas. Karena, ya seperti yang kalian tahu, Haechan sudah jarang mengobrol dengan kakaknya.
Sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah memandang Johnny dengan senyum yang masih terus saja bertengger indah di wajahnya.
Ketampanan nya meningkat drastis dengan senyum lebar itu. Bahkan luka lebam yang menghiasi tampak semakin menambah kadar ketampanannya.
Sedang Johnny, ia membuka laptop tapi bingung harus melakukan apa dengan laptop nya, sedari tadi ia hanya keluar masuk di aplikasi penyimpanan folder.
Ia bahkan tidak terpikir untuk mengerjakan pekerjaannya seperti yang ia biasa kerjakan sambil menunggui Haechan.
Pikirannya seakan dilingkupi kecanggungan hingga tak terpikir hal hal yang masuk akal lainnya.
Terlebih saat sesekali matanya melirik Haechan yang tengah menatapnya kagum. Ia semakin canggung di buatnya.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Jeno, Renjun, dan Jaemin segera bergegas menenteng tas mereka keluar kelas.
Terburu buru menuju parkiran sekolah untuk lebih cepat menuju ke rumah Haechan, satu satunya tujuan mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun || Haechan
Fanfictiondianggap pembawa sial, tak berguna, bodoh dan yang lebih parah nya anak pungut? bagaimana jika kalian berada di posisi nya? marah? sedih? atau akan tetap bertahan? dia, Lee Haechan menanggung semua rasa itu, rasa sakit, sedih, marah, tapi tak bisa m...