"JAEMIN-A!" Jaemin yang mendengar itu menoleh ke arah suara. Tapi saat melihat itu adalah Haechan, wajahnya berubah masam.
Perubahan raut Jaemin juga disadari Haechan.
'apa dia marah?'
---
Meski Jaemin mendengar Haechan, ia tidak berhenti berjalan. Malah dia mempercepat langkahnya.
Hal itu membuat asumsi Haechan semakin kuat. Dan rasa bersalahnya juga semakin besar.
Haechan tidak lagi mengejar Jaemin, ia berjalan perlahan menuju kelas barunya sambil memikirkan semua kesalahannya yang membuat teman temannya marah. Ia tidak enak hati.
Sesampainya di kelas, Haechan melihat ketiga temannya sedang mengobrol. Tak pikir lama Haechan langsung menghampiri mereka.
"Jaem, kenapa tidak menungguku tadi?"
"Apa? Memang kau dimana?"
"Tadi aku sudah memanggilmu di gerbang depan, tapi.. kau malah mempercepat jalanmu." jawab Haechan atas pertanyaan Jaemin, yang sebenarnya Jaemin pun tau Haechan tadi dimana.
"Ku kira kau lupa kita ada." Kata Jeno.
"Iya ya Jen, ku kira si beruang ini sudah tidak butuh kita. Sudah punya kesibukan lain yang jauh lebih penting. Kita itu apa sih? Hanya manusia berisik yang tidak penting sama sekali."
"Njun.. maaf aku tidak bermaksud untuk itu"
"Ga maksud gimana sih Chan? Kalimat sarkasmu hari itu sudah sangat jelas Lee Haechan." Sahut Jaemin.
"Kalimat yang mana? Aku tidak pernah berkata seperti itu!" Tegas Haechan.
"Kalimat yang mana? Tidak pernah berkata? Tidak sadar diri!"
"Biar kuberi tahu. Hari itu saat kami menghubungimu berkali kali, hari yang seharusnya kita berangkat liburan ber empat. Hari yang seharusnya jadi liburan pertama kita bersama. Susah payah kami menghubungimu, mengkhawatirkan mu, kenapa tidak ada kabar? Kenapa tidak bisa dihubungi?
Lalu dengan seenaknya kau mengirimkan pesan dengan kalimat yang sarkas! Kalimat yang sungguh tidak kami duga kau yang menulisnya! Kalimat yang tidak pantas untuk kami, di hubungan pertemanan kita yang sudah bertahun tahun! Tapi sungguh, kami tak menyangka kau mengirimkan itu semua. Kau yang sudah muak dengan kami!" Ujar Jaemin menggebu gebu dan menekankan beberapa kata katanya.
Haechan terdiam, masih memproses kalimat panjang yang Jaemin utarakan.
"Kenapa diam? Sudah ingat sekarang?"
"Tapi sungguh aku tidak pernah berkata seperti itu Njun.."
"Masih bisa mengelak? Heh.. kau memang tidak mengatakannya Chan, tapi kau menuliskannya! Dasar bullshit!"
"Tapi Jen-
Kriinggg
Ucapan Haechan terpotong oleh bel tanda pembelajaran akan segera dimulai.
"Sudahlah! Sekarang aku mau belajar dengan tenang. Tidak mau berurusan dengan orang yang sudah menganggap aku manusia tidak penting." Setelah mengatakan kalimat tersebut, Renjun beranjak menuju bangkunya. Dan menghilangkan sepenuhnya atensinya pada Haechan, sama seperti duo J.
Haechan juga mengikuti untuk kembali ke bangkunya, namun atensinya tak pernah lepas dari ketiga sahabatnya. Otaknya masih saja mencerna kalimat ketiga temannya tadi. Haechan merasakan sebuah kejanggalan, tapi dia masih belum tau apa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun || Haechan
Fanfictiondianggap pembawa sial, tak berguna, bodoh dan yang lebih parah nya anak pungut? bagaimana jika kalian berada di posisi nya? marah? sedih? atau akan tetap bertahan? dia, Lee Haechan menanggung semua rasa itu, rasa sakit, sedih, marah, tapi tak bisa m...