25. Hari itu

3.4K 270 3
                                    

"Semua ini terjadi karena kau LEE HAECHAN! KARENA KAU!"

Haechan meremang mendengar suara menggelegar sang kakak. Taeyong yang notabene sudah sangat membenci Haechan itu semakin dibuat geram oleh kejadian yang baru saja menimpa kedua adiknya itu.

Hah.. Karena kejadian malam tadi, dan dimarahi dadakan kali ini Haechan jadi terlambat untuk berangkat ke sekolah, bahkan bangun tidur saja sudah ditodong dengan beribu pertanyaan yang tentunya dengan nada yang tidak mengenakkan.

"B-bukan aku hyung.." Lirihnya.

"Bukan?! Bukan kau?! Sudah jelas ini semua salahmu, bodoh!"

"Tolong jelaskan dimana letak kesalahan ku, hyung." Tegas Haechan,

tentu hal ini semakin membuat Taeyong dongkol. "Masih bertanya letak kesalahan mu?! Itu semua karena kau pergi mengikuti Minhyung!"

"Hyung, itu kan karena rival bisnis ayah, yang melukai Mark itu mereka!" Bantah Haechan.

"Sudah berani membantah membantah, huh?!"

Haechan tersenyum, "Iya hyung. Selama ini juga kalian, semua hyung ku telah mengajarkan hal yang selalu ku ingat," Haechan menjeda kalimatnya.

"Kebenaran itu yang paling utama. Jika seseorang menghakimi mu tentang sebuah kesalahan yang tidak pernah kau lakukan maka kau berhak berbicara dan melakukan pembelaan sampai titik darah penghabisan," Lanjut Haechan sambil menatap dalam mata Taeyong. Bahkan ia meniru gaya bicara hyung nya yang satu itu saat berkata "Jika kau tidak salah, maka kau berhak berbicara untuk melakukan pembelaan. Tapi jika salah, jangan pernah sekalipun menutupi kesalahanmu, dan bertanggungjawablah." Akhirnya, ucapannya sama persis dengan yang selalu dikatakan oleh kakaknya, benar begitu.

"Itu yang selalu kalian katakan padaku kan? Pada kami, kalimat itu masih membekas jelas dalam ingatanku hyung. Dan sekarang ini, aku sedang melakukan pembelaan atas tuduhan yang tidak ku lakukan. Maaf aku harus membantah mu, Taeyong hyung." Ujar Haechan lantang.

Taeyong terlihat menegang setelahnya, dalam hati membenarkan semua yang Haechan katakan. Kebenaran memang harus diutamakan. Tapi pikirannya menolak untuk setuju, tidak bisa. Haechan tetaplah orang yang harus disalahkan atas kejadian ini.

"Kalau saja saat itu kau tidak mengikuti Minhyung, mereka tidak akan tau kalau Minhyung anak ayah! Mereka tidak akan melukai Minhyung, bodoh!"

"Ada atau tidaknya aku, mereka pun bahkan sudah tahu dengan jelas silsilah keluarga kita."

"Semua ini karena salahmu, Haechan!" Taeyong menentang pernyataan Haechan lalu mengeluarkan senyum miringnya. Berancang-ancang untuk menyerang Haechan.

"Hyung sebentar, coba saja. Coba kalau aku tidak mengikuti Mark saat itu, apa dia masih bisa berada di rumah sakit?"

"Apa maksudmu, sialan?!"

"Mark sudah mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal, tentunya ini hal yang sudah direncakan. Mereka sudah mengancam Mark kalau tidak datang," Ujar Haechan menyuarakan aspirasi nya.

"Tapi Mark sendiri lupa, dengan ia datang itu sama saja dia menggali kuburnya sendiri. Aku mengikutinya karena ada hal janggal saat itu, kalau aku tidak datang, mungkinkah Mark masih bisa bernafas di rumah sakit sekarang?"

"Ini semua pasti ada sangkutannya dengan mu kan?! Kau sudah merencakan penyerangan ini, begitukan?" Taeyong mencoba mencari celah untuk menyalahkan Haechan.

"Hyung dengar aku, kalau aku tidak membantu Mark, mungkin setelah mereka menusuk Mark, saat itu juga Mark akan pergi," Jelasnya.

"Lagi hyung, tolong. Aku tidak sepicik itu untuk merencanakan hal bejat seperti ini. Aku tidak mungkin melukai saudaraku sendiri."

Our Sun || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang