Mark sedang menonton TV saat Haechan tengah menyapu ruang tengah, malam itu. Tiba-tiba saja saat Haechan tepat berada di belakang Mark, satu notifikasi muncul di ponsel kakak beda setahunnya itu.
Dengan tidak sengaja, Haechan membaca pesan yang tertulis, dari nomor yang tidak di simpan oleh Mark.
'Datang kesini sekarang juga atau....'
Satu kesimpulan yang Haechan dapat dari potongan pesan itu, ancaman. Mark mendapat ancaman.
Hal itu semakin kuat saat raut wajah Mark berubah pasi ketika membaca pesannya. Dan sepersekian detik kemudian ia berdiri, mengambil jaket dari kamarnya lalu pergi tanpa pamit.
Hanya Haechan yang tau perginya Mark, yang lainnya bahkan sudah tidak terlihat sejak selesai makan malam, mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Dengan segenap rasa yang mengganjal hatinya, ia khawatir dengan Mark yang pergi keluar di malam hari seperti ini, terlebih setelah mendapat pesan ancaman, dari nomor yang tak dikenal pula.
Terburu-buru Haechan juga keluar dan mengikuti langkah Mark. Beruntung Mark belum jauh, masih bisa terlihat oleh jangkauan Haechan, walau dirinya menjaga jarak.
Dengan perasaan was-was Haechan tetap memfokuskan pandangannya pada langkah Mark, ia tidak memperhatikan langkahnya sendiri, sampai kaki kanannya menginjak sebuah kaleng yang jatuh di jalan hingga menimbulkan bunyi yang cukup untuk membuat sang kakak menoleh ke belakang.
Untung saja dengan sigap Haechan langsung menarik tubuhnya ke bawah, ia memungut sampah yang jatuh itu, pikirnya agar tidak menimbulkan tanda tanya pada benak Mark.
Dan benar, Mark tidak jadi menaruh curiga padanya, ia pikir hanya orang yang memang sedang sejalan dengannya. Terlebih di temaram lampu malam hari saat itu, membuatnya tidak bisa melihat jelas siapa orang bertudung hoodie oversize itu.
---
Setelah berjalan beberapa langkah selama sepuluh menit, akhirnya sekarang Mark berhenti berjalan, ia berdiri angkuh di depan sebuah ruko yang yang nampak sepi dan penerangan nya minim. Haechan ikut menghentikan langkahnya dan berdiri sekitar 10 meter, melindungi dirinya dari jangkau pandang Mark.
"Aku datang!" Seru Mark. Tak lama keluarlah beberapa orang berpakaian hitam lumayan rapi, seperti bodyguard berkualitas begitu kelihatannya.
"Apa mau kalian?" Tanya Mark.
"Kami mau kau, jelas." Jawab salah satunya.
"Kenapa mau aku?"
"Hahaha! Bodoh sekali bocah ini," Ujar orang itu lagi dengan tawa yang cukup menggelegar. "tentu untuk menjadikanmu tawanan kami, agar ayahmu menyerah dengan kerjasamanya bersama perusahaan nomor satu itu!" Jelasnya.
Mark mengernyit, itu tandanya, orang-orang ini adalah suruhan rival ayahnya dalam bisnis. Payah! Kenapa ia harus sendiri dalam situasi kali ini.
"Itu sebenarnya urusan atasan kalian dengan ayahku, kan? Kenapa jadi aku yang harus di sini?"
"Seperti yang banyak orang tau, anak-anak Lee Donghae adalah kelemahannya, oleh karena itu kami memanggilmu ke sini."
Mark tersenyum getir, "asal kalian tahu, kami sudah bukan kelemahannya lagi." Ujarnya.
"Kau pikir kita percaya dengan bocah sepertimu?! Jangan harap!"
"Ayo ikut!"
"Tidak mau!" Mark memberontak kala ada dua orang yang mencekal kedua tangannya.
Haechan yang melihat orang-orang dewasa itu mulai bertindak pada Mark, ia mulai keluar dari persembunyian dan berjalan ke arah Mark dengan langkah tegap yang meyakinkan, sebelum itu ia sempat menelepon polisi untuk meminta bantuan. Namun di tempat yang cukup sepi seperti ini, mungkin saja akan sedikit lama menunggu polisi, setidaknya ia harus mencegah orang-orang itu membawa Mark, agar tidak terlalu rumit nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun || Haechan
Fanfictiondianggap pembawa sial, tak berguna, bodoh dan yang lebih parah nya anak pungut? bagaimana jika kalian berada di posisi nya? marah? sedih? atau akan tetap bertahan? dia, Lee Haechan menanggung semua rasa itu, rasa sakit, sedih, marah, tapi tak bisa m...