Bugh!
Sebuah pukulan mendarat di perut Haechan yang kala itu tidak bersiap untuk menerimanya. Ia tersungkur kebelakang sebagai respons atas pukulan tersebut.
Pikiran dan tubuhnya membeku seketika, tak pernah menyangka akan mendapat pukulan keras dari orang yang selama ini menyayanginya- ralat, yang dulu sangat menyayanginya, mungkin sekarang tidak lagi.
Sret!
Belum sempat tersadar dari keterkejutan, tubuhnya sudah ditarik oleh tangan besar Johnny. Taeyong pun turut terkejut akan itu, tangannya yang siap melayangkan tinjunya, kini terhenti mengudara. Matanya menatap nyalang pada Johnny. Memancarkan kilatan marah, karena telah mangsanya telah diambil.
Taeyong saat ini bagaikan singa hutan yang baru saja mendapat mangsa, namun mangsanya direbut begitu saja.
"KENAPA KAU MENGAMBIL SI SIALAN ITU, JOHN?!" Bentak Taeyong. Haechan merinding mendengar penuturan Taeyong. Haechan bersyukur Johnny menyeretnya.
Namun, Haechan tidak bisa lega seperti itu saja, seperti yang ia ketahui, biasanya tenaga Johnny lebih besar daripada Taeyong.
Ia jadi lebih takut berada di tangan Johnny. Sekali pukul saja tidak menunggu sedetik dua detik, pasti kesadarannya langsung hilang.
"Biar aku yang menghukum anak ini, Yong" Ujar Johnny. Mendengar itu, tangan Taeyong perlahan menurun. Menatap Johnny dengan tatapan remeh.
"Menghukum anak ini? Kau yakin? Hukuman seperti apa yang akan kau berikan? Aku tau! Yang kau maksud hukuman pasti tidak akan bisa membuat kapok bocah sialan ini!" Ucap Taeyong remeh.
"Tau apa kau?"
"Hey, Johnny! Aku sangat tau dirimu, aku tau caramu memberikan hukuman kepada adik adikmu, dan aku sangat yakin! Pasti bocah pengecut ini akan mendapat hukuman yang sama seperti yang lain.
Dan hukuman mencuci mobil selama sebulan tidak akan bisa membuat jera anak itu! Lihatlah.. bahkan kau memintanya untuk tidak pulang terlambat saja, dia melanggar.
Apalagi yang hanya hukuman cuci mobil sebulan! Dia tidak akan kapok! Si sialan itu juga sudah terbiasa dengan hukuman picikmu itu John!"
"Aku tid-
Sret
Belum sempat Johnny melanjutkan kalimatnya, cengkeramannya pada tangan Haechan sudah terlepas. Ia menoleh, mendapati Haechan sudah berada di genggaman Jaehyun. Ternyata ada Taeil juga yang sudah pulang, bahkan ia melihat perdebatan Taeyong dan Johnny.
"Kalau kalian malah berdebat begitu, kapan anak ini dapat hukumannya? Menunggu setelah kalian baku hantam terlebih dahulu?"
Taeyong dan Johnny terkesiap mendengar penuturan Taeil. Meskipun Taeil suka bertingkah random di depan mereka, tetap saja Taeil itu seorang yang tegas. Apalagi di waktu yang seperti ini.
"Biar aku saja yang menghukum anak ini, kalian boleh lanjut berdebat. Ku tunggu sampai wajah kalian dipenuhi lebam. Jangan berhenti kalau belum ada pertumpahan darah."
Seketika tubuh Johnny dan Taeyong menegang, bulu kuduknya merinding membayangkan hal itu terjadi.
Tidak! Tidak, tidak boleh seperti itu. Mereka adalah saudara yang harus saling melindungi, bukan saling melukai, pikir Taeyong.
Namun sayang, ia tidak sadar, bahwa dirinya baru saja melukai saudara termudanya.
"Jaehyun, bawa dia ke ruanganku!" Pinta tegas Taeil, yang langsung dituruti Jaehyun dengan menarik Haechan menuju ruang kerja Taeil. Diikuti Taeil pula di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun || Haechan
Fanfictiondianggap pembawa sial, tak berguna, bodoh dan yang lebih parah nya anak pungut? bagaimana jika kalian berada di posisi nya? marah? sedih? atau akan tetap bertahan? dia, Lee Haechan menanggung semua rasa itu, rasa sakit, sedih, marah, tapi tak bisa m...