Dengan sedikit tertatih, Doyoung membopong Haechan menuju kamarnya, yang terletak di lantai atas.
Beberapa saudaranya seperti Yuta, Jungwoo, dan Mark yang kala itu sedang menonton sebuah acara televisi hanya memperhatikan Doyoung saja. Tanpa ada niat untuk membatunya.
Saat sampai, Doyoung segera membaringkan Haechan pada ranjangnya. Lalu mempersiapkan segala keperluan untuk mengobati Haechan.
Ia mengambil kotak obat, dan kompres luka. Doyoung yang notabene adalah seorang dokter, ia dengan telaten juga teliti mengobati luka di setiap wajah Haechan.
Tiba saatnya ia ingin mengganti pakaian Haechan, perlahan membuka kancing seragamnya sambil menatap wajah pucat haechan yang penuh plester.
Ada setitik rasa sakit melingkupi hatinya, melihat wajah yang biasanya selalu penuh tawa dan senyuman indah.
Kini tak sadarkan diri dengan pucat dan penuh plester.
Segera ia menepis perasaan itu, ini adalah hukumannya dan ini baru permulaan.
Doyoung harusnya senang melihat Haechan seperti ini, karena ia sangat membenci Haechan.
Namun tak lama, Doyoung di buat ngilu kembali oleh luka luka memar di tubuh Haechan.
Terlalu banyak luka membiru di tubuhnya, tak terbayang sekeras apa Taeil memukul. Terutama pada bagian perut.
Dengan cepat Doyoung mengecek perut bagian kiri atas Haechan. Sedikit menghela napas saat tak melihat luka serius di sana.
Namun ia menemukan luka memanjang yang mengeluarkan sedikit darah. Pikirannya merajuk pada sabuk tergelatak di ruangan Taeil tadi.
Segera ia balikkan tubuh Haechan perlahan. Dan benar, tiga buah luka bekas cambukan yang diperkirakan panjangnya sekitar 45cm itu dengan apik menghiasi punggung Haechan.
Ditemukan juga luka membiru yang melintang, mencetak pinggiran rak sebagai efek tabrakan tubuh Haechan dengan rak di awal.
Betapa sakitnya luka luka itu.
Matanya berkaca kaca menatap luka itu. Mungkin beginilah jika samsak bisa terluka. Seluruh tubuhnya penuh dengan memar lebam membiru.
Tak sengaja matanya melihat bantalan kepala Haechan. Tercetak darah disana, Doyoung panik seketika. Segera ia lihat kepala Haechan, dan benar, terdapat luka di balik rambut tebalnya.
Saat itu juga tangisnya pecah, ia peluk tubuh ringkih Haechan. Tak pernah terbayang sesakit apa tubuh adiknya saat ini. Luka dan lebam dimana mana.
"H-haechan.. maaf.." hanya satu kata yang dapat Doyoung utarakan saat itu. Tak kuasa menahan air matanya yang mengalir deras.
Cklek..
Doyoung menoleh, menghapus kasar air matanya saat mendengar suara pintu.
Tidak ada orang. Hanya mereka di dalam kamar itu, lalu tadi siapa?
Doyoung tergesa membersihkan tubuh Haechan, tidak bisa seperti ini. Haechan harus segera di bawa ke rumah sakit.
Setelah selesai membersihkan Haechan, Doyoung keluar kamar tersebut, seketika terkesiap melihat punggung Johnny di depan pintu.
Johnny juga berbalik, mereka saling menatap dengan mata bengkak masing masing.
"Hyung, dia harus di bawa ke rumah sakit." Ucap Doyoung lirih.
Johnny masuk ke kamar Haechan diikuti Doyoung. "Separah itu?" Tanya nya.
"Iya hyung, ada luka di kepalanya. Dan, banyak luka lebam di tub-
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun || Haechan
Fanfictiondianggap pembawa sial, tak berguna, bodoh dan yang lebih parah nya anak pungut? bagaimana jika kalian berada di posisi nya? marah? sedih? atau akan tetap bertahan? dia, Lee Haechan menanggung semua rasa itu, rasa sakit, sedih, marah, tapi tak bisa m...