24 - Sebuah Rencana

74 6 32
                                    

"Sekarang bisa di jelaskan apa maksud dari foto ini?" tanya Ibu Sofya, selaku guru BK di sekolah.

Flora hanya tertunduk, begitupun Dion yang berada di sampingnya.

Mereka sama-sama di panggil ke ruang BK.

"Dia yang paksa saya Bu," ujar Dion tiba-tiba.

Flora sontak menoleh, ia menganga tak percaya ke arah Dion. "A-apa?"

Dion memalingkan mukanya ke arah Flora. "Iyakan? Lo yang mohon-mohon sama gue supaya gue ngelakuin itu!"

Flora mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kak Dion ngomong apaan, sih?!"

"Jelas-jelas Kak Dion yang nyosor-nyosor Flo duluan, enak aja!"

"Stop!" gertak Ibu Sofya memukul meja.

Flora maupun Dion sama-sama terkejut.

"Saya akan memanggil orang tua kalian berdua!"

Flora membelakakan matanya lebar. "J-jangan Bu, jangan dong!"

"Kenapa?"

"Papi sama Mami pasti bakalan marah."

"Apalagi sekarang mereka lagi ngurusin perceraiannya. pasti bakalan lebih rumit lagi kalau mereka sampe tahu tentang ini," jelas Flora melirih.

"Cerai?" tanya Ibu Sofya.

Flora mengangguk polos. "Iya."

Ibu Sofya menghembuskan nafas panjang. "Yasudah, saya tidak akan memanggil orang tua kamu."

"Tapi, kalau kejadian ini sampai terulang lagi, saya gaakan segan-segan panggil orang tua kalian berdua ke sekolah, paham?!"

"Iya bu," sahut Flora

sedangkan Dion hanya mengangguk malas lalu keluar dari ruangan itu.

*****

Esok kemudian.

Flora berjalan ke arah kantin dengan membawa satu nampan kecil di tangannya.

Gadis itu menghiraukan semua bisikan-bisikan jahat yang daritadi menganggu indra pendengarannya.

Mereka menatap Flora tak suka.

Sedangkan Aelin yang duduk di barisan depan hanya memandang Flora datar. Ia terlihat tidak peduli, dan memilih melanjutkan menyantap makanannya.

Brak!

Flora terjatuh saat dirinya tak sengaja melewati meja Aelin. Dia sengaja menjulurkan kakinya sehingga membuat Flora tersandung lalu terjatuh di hadapannya.

Flora menatap nanar buburnya yang sudah berantakan di lantai.

Ia mendongak menatap Aelin yang masih santai melahap makanannya.

Perlahan Aelin menoleh ke arah Flora. "Astaga! Lo kenapa??" tanyanya dengan wajah sok kagetnya.

"Umm, kasian banget buburnya jatoh, yah?"

Ia turun di hadapan Flora. "Mau gue ganti, hm?"

Flora hanya diam, tak berani menatap Aelin.

Aelin mengambil spaghetti nya di atas meja. "Yaudah, sebagai gantinya gue kasih lo ini," ucapnya dengan sengaja menjatuhkan semua spaghetti itu pada seragam Flora yang tengah gadis itu pakai.

Itu membuat seragamnya menjadi kotor dimana-mana.

Aelin tersenyum puas, sedangkan Flora hanya tertunduk dengan diam.

"Udah, jangan sedih lagi. Kan udah gue ganti," lanjutnya dengan memegang sebelah bahu gadis itu.

Tiba-tiba tangannya di hempas kasar oleh seseorang. "Akh.." kagetnya.

Love Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang