CHAPTER II

66.1K 8.9K 328
                                    

"Hah ... parah." Aku menggerutu sembari menikmati pemandangan asing musim gugur di balkon. Udaranya lumayan dingin karena sebentar lagi musim dingin bulan Desember 1567.

'Setidaknya aku bisa merasakan empat musim di sini.'

Aristella Julius. Anak tunggal dari pasangan Raja dan Ratu Vermilion sekaligus Putri Mahkota yang akan memimpin di masa depan. Ratu Eveline Azka de Vermilion meninggal karena pemberontakan faksi bangsawan terdahulu. Pemimpin saat ini Raja Ashgar Evan de Vermilion.

Kebiasaan lama seorang antagonis seperti Aristella menjadi jahat karena rasa iri. Jika dipertanyakan hal tentang apa, itu semua mengarah pada kesalahan Raja sendiri yang menuntut tegas kesempurnaan Aristella dengan dalih untuk masa depan Vermilion.

Namun itu juga tidak salah. Vermilion adalah kerajaan yang bisa dibilang miskin dari yang termiskin, kerajaan hancur dari yang terhancur, kerajaan yang tertinggal dari yang tertinggal kan dari segi politik, ekonomi, militer, dan masih banyak lagi.

'Sekarang masalahnya adalah alur. Alur cerita ini akan mengibarkan bendera kematian pada Aristella.'

Aristella akan mati di tangan pemeran utama laki-laki, Leon Derick zen Reaffles. Pangeran kedua kerajaan tetangga yang dikenal dengan kekuatan militernya. Bisa dibilang mereka kerajaan makmur dengan tiga Duke sedangkan di sini, jangan ditanya, hanya memiliki satu.

Kematian Aristella adalah dampak dari tiga hal yang tanpa dia sadari lakukan. Pertama, bodoh karena yang namanya cinta. Kedua, tempramen buruk. Ketiga, terlalu sombong.

"Buang saja jauh-jauh. Kerajaannya akan hancur dia malah mengejar laki-laki yang sedang jatuh cinta pada gadis lain."

Riana Centauri. Seorang rakyat jelata yang menjadi tokoh ter-trending topik dengan prestasinya di akademi. Meraih posisi pertama itu tentu saja hal mudah untuk tokoh utama, namun dia terlalu baik hati.

Ya. Dialah Putri Cinderella di negeri dongeng.

"Ampun. Merepotkan saja jika berhadapan dengan mereka. Berpura-pura lah tidak kenal saat bertemu nanti." Semoga saja tidak bertemu.

Baik. Selesai merenungi semua alurnya yang berakhir dengan happy ending bagi Riana dan Leon, sekarang temui Raja. Sebelumnya, tadi pelayan yang datang bersama Medias–dokter kerajaan–mengatakan Raja ingin bertemu dengan putrinya yang sudah tertidur pulas selama enam bulan. Pantas saja pegal semua.

***

Knock knock

Aku mengetuk pintu besar di salah satu lorong panjang berkarpet merah. Aku bisa datang kesini karena diantara oleh pelayan bernama Emma tadi.

Beberapa detik tidak ada jawaban, namun pintu itu terbuka menampilkan seorang laki-laki dengan pakaian ksatria membukakan pintu.

Awalnya dia menatapku datar, namun segera ia tersenyum lebar membuatku mengernyit jijik.

"Selamat siang, putri. Bagaimana kabar Anda? Yang Mulia sangat mengkhawatirkan ..."

"Suruh dia masuk Rian."

Suara dingin memotong ucapan laki-laki tampan bernama Rian itu, membuatnya tersenyum canggung dengan air keringat yang bercucuran. Rian, mungkin dia ajudan sang Raja yang tidak dikatakan dalam novel.

"Silakan masuk, tuan Putri," ujarnya masih dengan senyuman tanggung. Aku memasuki ruangan yang terlihat berantakan oleh beberapa kertas yang berceceran di atas meja.

The Unstella : Antagonist Talent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang