CHAPTER Ⅳ

50.9K 7.7K 214
                                    

Entah apa yang terjadi, baru saja aku menginjakkan kaki di akademi malah sekarang terlibat dengan kepala akademi ini. Berada di ruangan dengan dua orang penting membuatku hanya bisa terdiam menunggu mereka bicara.

Profesor Preatta menceritakan semuanya tentang senjataku yang bernama 'Exclart Blade'. Sepertinya ada masalah dengan senjatanya, tapi karena itulah waktu-waktu tentangku terganggu.

"Aristella Julius, apa benar kau mendapatkan Exclart?" Tanya kepala akademi. Kalau dia aku mengenalnya karena muncul di salah satu chapter saat bersama dengan Riana. Profesor Egatha Derien.

"Benar," jawabku singkat. Tampak wajah terkejut dari Profesor Egatha sekilas lalu berdiri mendekat dan memegang kedua pundakku. Wanita paruh baya itu sekarang terlihat dekat sangat bersemangat.

"Anda genius! Exclart adalah senjata legendaris dari gabungan ketiga ras. Elf untuk panah, penyihir untuk tongkat, dan iblis untuk pedang. Anda benar-benar membuat sejarah baru," serunya semangat. Aku sampai bisa melihat kilauan cahaya di sekitarnya.

Meski begitu, aku menatap tak senang. Berarti sama saja itu yang paling tidak normal di sini. Akan menarik perhatian jika orang-orang tahu.

"Profesor, apa semua orang tahu tentang Exclart itu?" Tanyaku memastikan membuat Profesor Egatha menatap sekilas kebingungan, lalu memegang dagu terlihat berpikir.

"Tidak. Hanya aku, lima petinggi menara sihir, dan tiga profesor di sini saja yang tahu, termasuk Profesor Preatta. Mau bagaimanapun ini kejutan. Seorang genius ada di depanku," seru Profesor Egatha sekali lagi membuatku berpikir kalau dia bukan kepala akademi ini karena tingkahnya yang kekanak-kanakan. Padahal di novel tidak seperti ini.

Riana memiliki senjata Rexalica tentu yang terkuat. Namun, tidak ku sangka akan ada yang lebih kuat dari senjata yang dimiliki tokoh utama.

"Profesor, bisakah Anda dan Profesor Preatta merahasiakan ini dari semua orang? Bilang saja bahwa Exclart ada di tingkat rata-rata."

Jujur aku sangat tidak ingin orang-orang penasaran padaku. Namun, jika beberapa orang saja yang penasaran itu tidak masalah, terutama para profesor karena mereka bisa merubah dan memberi nilaiku di akademi ini. Semakin bagus jika mereka menganggap ku genius.

"Kenapa?" Tanya Profesor Egatha diikuti anggukan Profesor Preatta.

"Itu karena saya menyukai sebuah rahasia."

Dari jawabanku, Profesor Egatha tertawa, menepuk puncak kepalaku yang segera ku tepis, menatapnya tak senang.

"Kau benar-benar berbeda dari rumornya. Ku kira kau akan kegirangan mendengar ini ternyata aku salah. Baiklah." Profesor Egatha berkacak pinggang, menatapku dengan semangat.

"Sebagai gantinya kau akan ku tempatkan ke kelas A. Setuju?" Ujarnya sekali lagi.

Kelas yang dimaksud merupakan tingkatan. Kelas A paling tinggi dan F paling rendah. Riana dan Leon berada di kelas A. Tokoh utama laki-laki kedua ada di kelas B. Ada tiga tokoh utama laki-laki yang akan merebutkan Riana nanti. Tokoh utama laki-laki ketiga sangat misterius sampai-sampai tidak disampaikan kelas berapa dia berada di novel.

"Profesor, saya memiliki ide yang lebih bagus ..."

***

"Hari ini kita kedatangan murid lama yang baru saja masuk."

Murid-murid tertawa saat seorang profesor laki-laki yang masih muda menerangkan di depan kelas. Satu dua orang memberi sorakan yang membuat profesor itu hanya tersenyum kaku.

Aku memperhatikan dari depan pintu sebelum diminta untuk memasuki ruangan, menunggu mereka yang asik menjahili wali kelasnya.

"Baiklah, baiklah. Sudah cukup bercandanya. Kau, silakan masuk."

The Unstella : Antagonist Talent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang