Layla tersenyum cengengesan, menggaruk kepala belakangnya, "Maaf, kami membuat keributan sebelumnya."
Mexis melangkah santai di samping Leon dan Envy.
"Portal sialan itu menembus ruangan yang salah," Raja Reaffles menatap tajam ke arah Raja Demonic yang sekaligus otak dari pembangunan portal di kerajaannya. Dia hanya bersikap acuh, tapi tidak mengelak tuntutan Raja Reaffles.
"Maaf aku terlambat!"
Semua tatapan beralih pada seorang wanita dengan napas tersengal berdiri di ambang pintu, Profesor Egatha, "Dokumen itu menumpuk seperti gunung!" hebohnya.
Layla tertawa, dia mengangkat kameranya yang sudah terupgrade setelah kejadian itu, memotret paparazi Profesor Egatha.
"Kita mulai sesi fotonya!" Layla berseru semangat. Dia sendiri yang mengatur semua ini untuk foto kenang-kenangan.
Urutan pertama, dia mengatur Raja Reaffles bersama dengan Leon. Raja Reaffles yang berada di belakang, merangkul Leon yang bersedekap tangan dengan wajah risih. Dia memastikan wajahnya tersenyum lebar.
"Jangan terlalu dekat, ayah."
"Leon sudah besar rupanya. Tinggimu hampir menyamai, Ayah." Di sela-sela, mereka berbincang, Leon yang terlihat tak nyaman dengan perbincangan kekanak-kanakan itu sedikit menyikut perut Raja Reaffles. Alhasil, itulah hasil foto nya.
Layla tersenyum kikuk, dua orang itu ternyata menunjukkan keakuran dengan pertengkaran, "Selanjutnya..." ujarnya kikuk.
Kali kedua, Profesor Egatha yang berpelukan hangat dengan Riana.
"Anak didik ku yang manis! Murid ku yang pintar, aku akan merindukanmu!"
"Aku juga profesor!"
"Bagus, bagus. Potret!"
Ruangan itu dipenuhi dengan bunga-bunga cinta. Tiga pria serta lima remaja laki-laki itu hanya bisa menahan rasa herannya dengan perilaku para betina. Kecuali, Stella yang sudah terbiasa dengan itu. Layla bahkan terlihat bersemangat saat memotret mereka.
Sesi tiga ... "Calon mertua! Ayo potret bersama! Jangkrik! Ambil alih."
"Ha?" Envy menangkap refleks kamera yang Layla lempar. Gadis itu berlari, merangkul lengan Duke kerajaan Reaffles serta anaknya, Mexis.
"Kau, Layla? Mexis sering bercerita tentangmu di surat," pria itu terlihat bersahabat dengan kacamata yang dia kenakan. Dia juga lebih murah senyum daripada yang lainnya.
"Benarkah?" Layla berbinar ke arah Mexis. Jadi dia diam-diam bercerita tentangnya pada Ayahnya? Layla sejujur-jujurnya senang dengan itu.
"Aku merestui hubungan kalian."
"Ayah! Kau ini apa-apaan ..."
Layla meloncat girang sebelum Mexis melanjutkan kalimatnya. Di ruangan itu terasa semua orang menjadi obat nyamuk keluarga yang harmonis. Setelah Envy memotret calon keluarga itu, Layla merebutnya. Cetakan potret keluar otomatis, dia kegirangan memperlihatkan foto itu pada calon mertuanya.
Leon berdecak, "Seharusnya Riana juga melakukan potret bersamaku," gumamnya menoleh ke arah Riana, tapi segera dia terkejut dengan sosok Riana yang tadinya berdiri di sampingnya sekarang menempel pada Stella.
"Aku ingin potret dengan Stella!" Riana tak henti-hentinya berseru.
Leon membeku di tempat. Envy tersenyum jahil. Dia mendekat pada Leon, lantas dia merangkul Leon dengan halus.
"Kau harus berusaha keras. Rivalmu gila sekali damage nya. Bukan main ...."
Leon menepis tangan Envy kesal, "Kau ini bicara apa sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unstella : Antagonist Talent [END]
FantasiHal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri. *** Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku. Namun, semu...