Kekuatan Envy dengan Liam hampir seimbang. Kedua pedang mereka saling beradu di tiga menit terakhir. Terlihat wajah Envy bersusah-payah melebihi batas kekuatannya, waktu mereka terbatas. Dalam hati, dia tidak bisa membiarkan kekalahan itu karena keberadaan Stella yang juga merupakan tim nya.
Hantaman kedua pedang terdengar ngilu di telinga, percikan api samar terlihat saat dua logam mulia itu saling bergesekan. Envy melompat kebelakang, membuat jarak untuk sejenak mengambil napas. Namun seakan tidak membiarkan hal itu, Liam melesat cepat, mengayunkan pedangnya membuat Envy harus menangkis tanpa persiapan.
Stella bertugas di belakang Envy, menyaksikan kedua peserta itu bertarung dengan kemampuan maksimal masing-masing. Kemampuan murninya telah aktif, 'Observer' mengintai, mengolah, dan meleburkan informasinya pada jiwa, raga, dan pikiran Stella.
Ried juga tidak bergerak dari posisinya, membiarkan Envy dan Liam bertarung di tengah-tengah studion. Senyuman miringnya masih terukir jelas, seakan puas melihat rekannya habis-habisan menyerang Envy.
"Kemampuan Envyren Safire dengan Liam Emik benar-benar seperti timbangan beradu beban! Mereka hampir menyamainya." Layla berseru meski beberapa saat kehilangan topik. Dia tidak nyaman dengan pertandingan akhir kali ini.
Tantangan kaisar pada Stella yang membuat gempar dunia. Nasib Vermilion kini berada pada hasil pertandingan.
"Waktumu terbatas, Putri."
Tanpa di duga, tiba-tiba saja Ried muncul di belakang Stella. Bukannya terkejut, Stella dengan santai balik badan, menatap datar Putra Mahkota tidak berakhlak itu. Pedangnya yang seolah tidak akan redup oleh cahaya hijau emerald berkilau, lebih menarik di mata Stella daripada si Jambul Beo.
"Jika kau kehabisan waktu, hidupmu akan hancur." tambahnya dengan senyuman miring, namun terkesan dingin oleh tatapan matanya, "Lagipula, kenapa kau tidak menggunakan pedangmu? Busur tidak akan membantumu di sini!"
Ried melakukan serangan tiba-tiba, mengayunkan pedangnya dengan cepat, membuat gelombang angin besar melesat dan menerpa tubuh Stella. Ia menyilangkan kedua tangan, membentuk silang. Tubuhnya sedikit terseret beberapa langkah, namun tetap bertahan dengan posisi berdiri.
"Awas!" Envy berseru di tengah pertarungan, Stella mendongak menyadari akan datangnya serangan.
Ried sudah muncul di depannya, menyeringai dengan matanya yang menyala. Dengan keras kakinya menendang tubuh Stella, terdapat seperti pusaran angin yang berkumpul dan memadat di kakinya, pukulan telak di perut samping membuat Stella terpental jauh. Sekali terhantam lantai, terpelanting. Stella melakukan roll depan satu kali, mengendalikan keseimbangan tubuhnya dalam posisi telapak tangan sebagai rem atas tubuhnya.
Stella menguatkan pijakannya. Sedikit dorongan angin di telapak kaki, ia melesat cepat, seakan menghilang dan muncul di depan Ried, "Busur tidak hanya untuk jarak jauh."
Stella menghentakkan busurnya ke depan seperti sebuah pedang. Ried tersenyum miring, mengayunkan pedangnya hingga menimbulkan hantaman dua senjata itu. Angin kencang menerpa tubuh mereka karena kekuatan yang seimbang dari kedua hantaman senjata.
Ried melepaskan mana diam-diam, membuat angin yang menerpa Stella seperti bilah pisau yang tajam, menggores wajah sedikit pipi bawah mata Stella dan juga lengannya. Stella melompat ke belakang, mengambil jarak. Darah segar mengalir ringan di pipinya yang segera ia usap dengan punggung tangan.
Ried melesat cepat ke arahnya, begitu pula Stella. Kecepatan mereka seimbang—melebihi kecepatan cahaya seperti teleportasi di pandangan orang-orang. Seakan muncul di tengah lapangan studion, kedua senjata sudah saling beradu, menimbulkan suara nyaring memekakkan telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unstella : Antagonist Talent [END]
FantasyHal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri. *** Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku. Namun, semu...