"Hey Mexis! Bangun atau keluar dari kelasku." Profesor masih berusaha untuk membangunkan orang itu. Semua tatapan tertuju pada mereka yang sebagian tertawa kecil melihat interaksi tak berguna dari profesor dan muridnya.
Biodata Mexis yang ku tahu, dia merupakan keluarga bangsawan Duke di kerajaan Reaffles sekaligus sahabat Riana. Yah. Hubungan mereka itu berasal dari kedua orang tua yang saling berteman dekat. Jadi mereka bertemu sejak kecil sampai sekarang.
Saat kedua orang tua Riana meninggal, Mexis menjadi lebih ingin melindungi Riana dari apapun, termasuk si penjahat Aristella dan kedua tokoh utama laki-laki. Ekspresinya yang terlihat tidak peduli akan berbeda dengan perilakunya pada Riana.
"Permisi, Profesor."
Aku mendekat untuk mengambil alih tugas membangunkan sang pemalas tapi pintar. Profesor mempersilakan, malah sepertinya dia benar-benar sudah menyerah.
Aku berjongkok di depannya yang tertidur. Terlihat tampan dengan rambut coklat tuanya membuatku sedikit terpaku.
Hanya satu cara untuk membangunkan orang ini. Aku mendekatkan wajah padanya, "..."
Matanya yang terpejam kini terbuka lebar tiba-tiba menampilkan mata kuning keemasan. Sekilas pandangan netra kami bertemu. Orang-orang terlihat terkejut saat Mexis bangun dan langsung bangkit duduk. Beberapa saat terjadi keheningan, lalu Mexis berdiri, mendekat pada Riana di seberang bangku.
Aku duduk di kursi yang ia buat bantalan, menopang dagu tenang.
"Apa yang kau lakukan tadi?" Profesor bertanya dengan wajah terkejut padaku. Tentu aku ringan mengangkat bahu, tidak peduli juga.
"Dia bisa membangunkan Mexis?"
"Apa dia menggunakan sihir?"
"Jelas-jelas tadi dia mengucapkan mantra."
'Bukan.' batinku tersenyum kikuk mendengar bisikan mereka meski wajahku tidak. Aku melirik Mexis yang kini berdiri di depan Riana. Profesor langsung mendekat pada mereka dengan ekspresi kesal. Hanya sepatah kata, "Ada laki-laki yang menggoda 'teman' mu." dia langsung melotot. Bucin.
"Jika ada yang macam-macam, tendang saja itunya."
Aku ingin tertawa, tapi tidak bisa dengan wajah kaku ini yang hanya menampilkan senyuman tipis dibalik telapak tangan.
Mendengar percakapan Mexis dengan Riana membuat perutku bergejolak lawak. Profesor sampai berekspresi tertekan dengan wajah gelap.
"Berhentilah bercanda dan duduk di bangku mu!" Profesor berseru kesal dengan tangannya yang memukul puncak kepala Mexis.
Melihat Mexis yang memegang kepalanya dengan satu tangan, dia terlihat imut meski tatapannya tajam.
"Pelajaran pertama akan diisi dasar sihir tingkat satu. Jangan membuat keributan, mengerti?" Profesor kembali ke depan kelas, berdiri di depan podium.
"Ah ... itu pasti karena Profesor Alice yang mengajar kan?"
"Hu~ Profesor Terra belum melamarnya ya? Bisa-bisa Profesor Alice diambil Profesor Yuren."
"Jangan menggodaku dasar anak nakal!"
Murid-murid antusias menggoda satu profesor muda itu. Wajahnya tampak memerah yang tandanya dia kesal bercampur dengan malu.
"Nona Stella. Karena ini hari pertamamu, semoga kau cepat beradaptasi dengan yang lain," ujar Profesor membuat semua tatapan tertuju kemari.
Aku hanya mengangguk dengan wajah datar. Setelahnya Profesor Terra putar badan pergi dari ruangan. Namun saat dekat dengan ambang pintu, tubuhnya menghilang seperti sihir. Sama dengan yang digunakan Profesor Preatta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unstella : Antagonist Talent [END]
FantasyHal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri. *** Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku. Namun, semu...