Prolog

212 37 9
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

"Tantee Ivan ada di rumah ga?!"

Namanya juga bocah, dengan lantang dan tidak sopannya ia berteriak dari balkon rumahnya. Membuat si tetangga yang sedang menjemur baju itu terlonjat karenanya.

"Ada di dalem, Wi!"

"Oke, Uwi kesana ya!"

Bocah berusia 11 tahun itu naik ke pagar balkon lalu meraih salah satu dahan pohon dan memanjat nya dengan mudah. Pohon mangga dekat kamarnya itu adalah jalan pintas menuju rumah Ivan. Juga jalan rahasia yang dia punya agar tidak di marahi Bunda karena terus main keluar.

Suara sandal jepit milik bocah itu terdengar nyaring menampar tembok rumah milik keluarga Kartanata. Masuk dengan santainya, tak peduli apakah tembok itu sudah di pel atau belum. Kelakuan bar-bar bocah bernama lengkap Ruwina Akselia Batara ini sudah menjadi hal biasa bagi keluarga Kartanata.

"Ivan, Ivan, Ivan!"

"Apa!"

"Beli cilok yuk!"

Bocah kecil berperut bulat itu menggeleng sebagai jawaban. "Udah kenyang beli Siomay tadi."

"Kok ga ngajak!"

"Uwi ga main kesini tadi sih."

"Jadi ini salah Uwi?" Uwi mulai menekuk bibirnya, menyedot ingus yang sebenarnya sama sekali tak keluar. Itu hanya akal-akalannya saja agar Ivan merasa bersalah padahnya.

"Iya."

Gagal, Ivan terlalu jujur anaknya.

"IHH IVAN! POKOKNYA AYO BELI CILOK!"

Ivan pasrah, tangannya di tarik keluar oleh sang sahabat dengan entengnya. Meski ingin menolak, nyatanya Ivan tak kunjung memberi penolakan. Uwi-Nya ini selalu saja seperti ini. Berlaku semena-mena terhadap nya. Tapi, selama itu membuat Uwi senang, Ivan tak akan memberontak. Melihat senyum menyebalkan Uwi terkadang membuatnya senang juga.

Anak-anak kelas 4 yang masih begitu polos, Ivan dan Uwi tak pernah ingin cepat-cepat menjadi dewasa.

Kata Ivan, menjadi dewasa itu cape. Mending jadi anak-anak saja biar bisa jajan sepuasnya.

Kata Uwi, menjadi dewasa itu ga enak. Ga bisa main sepuasnya sama Ivan karena mereka harus sekolah, harus kerja.

Hari-harinya harus Ivan dan Ivan. Tiada hari tanpa Ivan.

Bahkan Uwi punya motto hidup seperti ini; Ivan harus tetap sama Uwi, buat nemenin Uwi jajan cilok selamanya. Cilok dan Ivan adalah masa depan Uwi.

Terlalu ngawur, tapi itulah yang diinginkan Uwi.

Biarkan bocah-bocah polos itu bermain sepuasnya, menabur senyum tanpa dusta sebelum kejamnya dunia menuntut sedikit-demi sedikit setiap detik perjalanan hidup mereka.

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimna gimna prolognya? Kira-kira udah nyaman dan tertarik buat baca next part nya belum?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimna gimna prolognya?
Kira-kira udah nyaman dan tertarik buat baca next part nya belum?

Jangan lupa buat Vote dan komen sebagai bayar parkir ya.

IVANDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang