"Hai, pagi, Ta. Ivan sama Uwi udah siap-siap sekolah?"
Tata tersenyum lalu mempersilakan Dera untuk masuk.
"Udah kayaknya, masih di kamar tuh mereka," jawab Tata.
Dera duduk di kursi tamu. "Mereka lupa umur kayaknya, bisa-bisanya satu kamar gitu, hahaha!"
"Ah, gapapa. Mereka udah kayak saudara kan. Hahaha!" timpal Tata.
"Hm, kayaknya mereka bakal cocok banget kalo jadi adek kakak. Atau mungkin bentar lagi bakal jadi adek kakak beneran."
Tata menarik lengkungan senyumnya, mengangkat satu alisnya kala tak paham dengan apa yang di katakan oleh Dera.
"Maksud kamu?"
"Ahaha, maksud aku ya karena mereka udah terikat banget rasanya kayak mereka tuh udah jadi saudara. "
"Om Dera!" Uwi berlali ke arah Dera dan duduk di samping pria tampan itu.
"Jangan lari-lari, Wi. Nanti jatoh." Dera mengelus cewe itu dengan lembut membuat Tata yang melihatnya ikut tersenyum.
"Ah, Om Dera lupa kalo Uwi udah gede. Udah SMA lho, Om. Uwi bukan anak kecil lagi, jadi ga akan jatoh."
"Lho, siapa tau ada setan yang dorong kamu terus malah jatoh pas lari."
"Paling setannya Ivan, Om. Hehehe."
Ketiganya tertawa, kecuali Ivan yang sedari tadi hanya diam karena masih kesal pada ayahnya.
"Van-"
"Om Tata, Ivan sama Uwi berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum. " Ivan memotong ucapan Dera dan sengaja hanya mencium tangan Tata saja. Lalu dengan santainya menarik tas Uwi agar segera berangkat.
"Aduhh! Gue kecekek, Tolol! Lepas!" Uwi menepis tangan Ivan dari tasnya. "Anjir, Tas mahal gue lo tarik-tarik sembarangan, kalo rusak gimana? Emang bisa lo beliin buat gue?"
"Bisa."
"Halah, beli cilok aja suka perhitungan, mana bisa beliin gue tas."
Ivan mencubit pipi Uwi. "Masih ada ginjal lo yang bisa gue jual buat beli tas." Tersenyum menang setelah melihat raut kesal Uwi.
"Ih! Mati aja lo!"
"Janji jangan nangis kalo gue mati."
"Nangis dikit ga banyak-banyak kok."
"Jadi, lo pengen gue mati? "
Uwi naik ke motor Ivan setelah memasang Helm. "Iya, jadi kapan lo mati?"
Ivan menarik tangan Uwi agar memeluknya.
"Sekarang, ayo siap-siap buat mati.""Hah? - AAAA ASTAGHFIRULLAH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANDER
Ficção Adolescente"Gue akan tetap berada di samping lo, entah itu sebagai seorang sahabat, atau sebagain Ivan yang cinta sama lo." Memasuki masa SMA, yang katanya 'Masa Paling Indah' itu justru menjadi perjalanan pahit bagi Ivander dan Ruwina.Tumbuh dewasa, tak membu...