Sebisa mungkin Uwi menghibur Ivan, dengan melempar candaan random seperti biasa mereka lakukan. Tapi semua itu percuma saja, tiga hari ini senyuman manis cowok nyebelin itu hilang entah kemana. Cowok tampan ini bahkan susah sekali di suruh makan. Uwi paham betul bagaimana perasaan Ivan, tapi melihat sahabat down seperti ini benar-benar membuat hatinya sakit.Dimana Ivan nya yang banyak bicara dan menyebalkan itu.
"Van, plis dong makan. Gue ga mau lo makin kerempeng." Uwi menyodorkan sesendok nasi goreng yang baru saja ia buat.
"Gue ga lapar."
"Ga lapar matamu! Seharian ini lo belum makan, kemarin juga makan pagi doang."
"Tapi gue emang ga lap-"
"Udah lah, terserah!" Uwi menaruh kembali piring berisi nasi goreng itu. Sengaja membelakangi Ivan dan berlagak merajuk.
"Jangan paksa gue makan, Wi. Gue ga mood." Ivan bangkit dan melangkah menuju kamarnya. Namun, sebelum itu Uwi segera memeluk Ivan dari belakang.
"Maaf, tapi gue pengen lo jalanin hari kayak biasanya. Lo tau? Rasanya gue kehilangan sahabat nyebelin gue. Ini bukan Ivan ... Ivan gue ga susah di atur."
Ivan mengelus tangan Uwi yang melingkar di perutnya dengan lembut, berbalik agar ia juga bisa membalas pelukan cewek cantik tersebut.
"Gue mohon, jangan stuck di dalam kesedihan lo. Ada hari yang harus lo sambut dengan ceria."
"Keceriaan gue udah hilang bersamaan dengan perginya Nenek. Selain itu, Mama juga koma. Gimana cara gue buat kuat jalanin hari sedangkan kekuatan gue lagi terbaring Koma di rumah sakit." Ivan menjatuhkan kepalanya dengan lemah di bahu sempit Uwi.
"Kalo gitu, izinin gue jadi kekuatan lo sekarang." Uwi melonggarkan pelukannya, menangkup kedua pipi Ivan dan mengelusnya pelan. "Lo masih punya gue."
"Makasih, Wi." Sekali lagi, Ivan memeluk erat tubuh kecil Uwi.
"Sekarang lo harus makan, kasian cacing lo udah puasa dari kemarin."
Ivan mengangguk dan kembali duduk, membiarkan Uwi menyuapinya. Sesekali juga ia mengelus rambut Uwi saking gemasnya.
Ivan hampir lupa jika dirinya masih punya Uwi, yang nyatanya adalah kekuatannya juga. Sahabat yang dapat mengobati segala kegelisahannya.
Ya, hanya Uwi yang bisa.
***
"Gimana keadaan kamu?" Tata duduk di kursi dekat ranjang yang di tiduri Dera.
"Aku baik."
"Lain kali hati-hati kalau berkendara," sambung Nara yang baru saja pulang dari kegiatannya. Tata sampai terkejut karena Nara tiba-tiba pulang tanpa memberitahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANDER
أدب المراهقين"Gue akan tetap berada di samping lo, entah itu sebagai seorang sahabat, atau sebagain Ivan yang cinta sama lo." Memasuki masa SMA, yang katanya 'Masa Paling Indah' itu justru menjadi perjalanan pahit bagi Ivander dan Ruwina.Tumbuh dewasa, tak membu...