*
Ivan mematung, menatap sebuah gitar di atas ranjangnya. Jangan lupakan sebuket bunga yang ada di samping gitar itu, juga sepucuk surat yang terselip di bawahnya.Maaf, uang tabungan lo habis karena gue. Sebagai gantinya, gue beliin lo gitar ini. Jangan bosen-bosen ya jajanin gue cilok, hehe
-Your Pretty Bestie, Uwi.
Ivan tersenyum setelah membaca surat itu, meraih gitar berwarna coklat mengkilap itu dengan hati-hati.
Uwi sungguh membelikannya gitar?
"Lo emang sahabat terbaik gue, Wi."
Cowo itu berlari keluar kamar setelah menaruh kembali gitar baru yang kini sudah menjadi miliknya itu. Pergi memasuki rumah Uwi dengan senyum bahagianya.
"Eh, Ivan? Ada apa?"
"Tante, Uwi mana?"
"Ada di kamar, Sayang." Nara, menatap Ivan bingung. Pasalnya, ekspresi anak itu terlihat sangat gembira. Ada apa ini?
"Uwi, Uwi, Uwi!" Ivan menaiki anak tangga menuju kamar sang sahabat. Membuka pintu itu tanpa permisi.
"Uwi!"
"Eh, anjir. Ketuk pintu dulu kalo mau masuk! Gue lagi di baju nih, ga sop-"
Grep!
"Terserah, bodo amat, pokoknya gue sayang banget sama lo!" Ivan memeluk tubuh kecil itu dengan erat. Mengabaikan cewe yang kini tengah mematung karena tubuh basah yang masih di balut handuk itu di dekap erat olehnya.
"Sayaaaangg banget!"
"I-iya, gue juga. Sekarang t-tolong lepasin pelukan lo. Gue mau di baju, Bego!"
Ivan tertawa, melepaskan pelukannya lalu berbaring di ranjang Uwi.
"Ngapain malah tiduran? Lo mau nonton gue pake baju."
Ivan menghirup nafas banyak-banyak setelah dirasa hampir habis karena berlari menaiki tangga. "Boleh juga tuh."
"Bangsat! Keluar lo!" Uwi melempar salah satu Skincare milik nya ke arah Ivan agar cowo itu keluar dari kamarnya.
Oh, ayolah, ia benar-benar hanya memakai handuk. Berpenampilan seperti ini di depan Ivan pun ia sungguh merasa malu.
"Ga usah malu, kan dulu kita sering mandi bareng." Ivan menyeringai, bersiul seraya memperhatikan Uwi dari bawah sampai atas.
"G-gue sembelih ya lo lama-lama. Itu kan dulu! Kita masih sama-sama ga punya malu."
Ivan tertawa, berdiri mendekati Uwi yang kini mulai melangkah mundur.
"M-mau apa lo?"
"Lo udah ngasih gue hadiah, sekarang gimana kalau gue yang kasih lo hadiah?"
"Jangan ngaco deh, lo. Keluar!... BUNDAAAAA!"
"Ah ga seruu, lo mainnya ngadu! Males ah, gue pulang!" Ivan berlari ke arah balkon, melompati pagar dan naik ke atas pohon. "Sampai ketemu besok, Wi!"
Uwi hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang sahabat. Sepertinya Ivan sudah melihat hadiah yang ia beri. Tak sia-sia ia menabung untuk membelikan Ivan gitar. Itu semua sebagai hadiah karena selama ini Ivan sudah sering membayarkan semua jajan nya.
"Gue bahagia kalo lo bahagia, Van."
***
Semalam suntuk, Ivan terus bermain gitar. Bernyanyi di dalam kamarnya karena saking senangnya ia hari ini. Untung saja, kamar miliknya ini kedap suara, jadi ia bebas berisik dan tak perlu khawatir orang rumah atau tetangga akan terganggu.
Lelah bernyanyi, Ivan bangkit untuk mengambil air ke dapur. Tenggorokannya sudah sangat kering karena terus melakukan Highnote.
Guru vocal nya selalu bilang agar Ivan menjaga pita suaranya, dan menghindari minum minuman dingin. Hal itu membuat Ivan sedikit merasa tak suka karena seperti di atur, sehingga akhirnya ia memilih masuk ke musik dan belajar gitar saja.
"Tega banget kamu, Mas!"
"La, dengerin aku dulu. Kamu ga bisa fitnah aku sedangkan kamu ga ada bukti!"
"Perubahan sikap kamu selama ini udah jadi bukti, Mas. Kamu pulang selarut ini, dan kamu bahkan ga peduli sama aku dan Ivan! " Lola menepis tangan sang suami dan berlari pergi setelahnya.
"La, tunggu! Kamu ga bisa kayak gini! Aku pulang larut karena harus kerja!"
"Kerja? Aku bahkan dapet kabar kalo kamu ga masuk kerja tiga hari ini, Mas. Kenapa kamu harus bohong! Hiks,"
Ivan mengintip dari balik dinding, menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya.
Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa Mama nya terlihat sangat marah. Apa yang sudah di lakukan Papa nya?
**
Ya Allah mau Jooyeon ಥ_ಥ
Kalo ga Jooyeon, JunHan juga gapapa kok awowkkw.Jangan lupa Vote!
:3
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANDER
Fiksi Remaja"Gue akan tetap berada di samping lo, entah itu sebagai seorang sahabat, atau sebagain Ivan yang cinta sama lo." Memasuki masa SMA, yang katanya 'Masa Paling Indah' itu justru menjadi perjalanan pahit bagi Ivander dan Ruwina.Tumbuh dewasa, tak membu...