"Ivan! Mau kemana?!"
"Lo pulang sama Gani aja, gue buru-buru!"
Uwi tetap berusaha mengejar, bahkan saat Ivan sudah keluar gerbang sekolah. Suara motor cowok itu bahkan sampai terdengar jelas akibat mengebut.
"Ih, lo kenapa, sih?!" kesal Uwi seraya meraup oksigen banyak-banyak.
Lari mengejar Ivan yang ber notabene juara 1 maraton saat olahraga adalah hal yang salah. Seharusnya Uwi menurut saja saat sang sahabat menitipkannya pada Gani.
Beberapa menit yang lalu, tepat setelah bel pulang berbunyi, ponsel Ivan berdering. Uwi tak sempat mendengar apapun, karena Ivan dengan cepat langsung mengemasi buku-bukunya.
Entah apa yang terjadi, tapi Uwi harap ini bukan masalah besar.
"Temen lo kenapa?"
Uwi menoleh, mendapati Gani yang berjalan ke arahnya.
Duh, kasian. Cowok itu di tinggal olehnya tadi ketika Ivan menitipkannya.
"Ga tau, kayaknya ada urusan, deh."
"Yaudah, yuk pulang, gue anter."
Uwi menurut saja, dan akhirnya naik ke motor Gani. Sempat merasa ragu dan malu karena ia kini menjadi pusat perhatian.
"Udah siap?"
"Udah."
"Sabuk pengamannya?"
Uwi kebingungan. "Hah? Motor mana ada sabuk peng-"
Seett!
Tangan Uwi di tarik oleh Gani, membuat cewek itu sukses memeluk sang kakak kelas.
"Pegangan ya."
"I-iya."
Tak berselang lama, keduanya pergi dari sana. Meninggal halaman sekolah bersama murid-murid yang lainnya.
Termasuk Geng A4 yang masih terdiam di parkiran tepat di depan mobil Agis.
Puk puk puk!
"Turut berduka cita atas patahnya hati lo, Bos."
"Kena tikung kakak kelas nih, senggol dong!"
"Lo kurang cakep kali, Bos. Jadi kalah saing."
"DIEM LO PADA! Gue slepet mulut lo satu-satunya ya, Anjing!"
Ketiga cowok tampan itu langsung ciut dan hanya bisa meminta ampun.
"Uwi kayaknya emang punya hubungan sama cowok itu."
"Ck, lawan dong bos. Udah lama kan kita ga cari keributan. Kapan terakhir kali kita tawuran antar kelas? Waktu SMP kan, ya?" sahut Agung.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANDER
Roman pour Adolescents"Gue akan tetap berada di samping lo, entah itu sebagai seorang sahabat, atau sebagain Ivan yang cinta sama lo." Memasuki masa SMA, yang katanya 'Masa Paling Indah' itu justru menjadi perjalanan pahit bagi Ivander dan Ruwina.Tumbuh dewasa, tak membu...