Bertemu dengan Geng A4 dan berbincang bersama Gani, Uwi menghabiskan hari di sekolahnya dengan gembira. Tak lagi merasa bosan karena tak adanya Ivan.
Bukannya mengabaikan atau melupakan sang sahabat, Uwi hanya tak ingin merasa kesepian sedangkan ada banyak orang yang bisa menjadi temannya.
Kedua orangtuanya memang selalu mengajarkan dirinya agar hati-hati dalam berteman, saat itu ia masih duduk di bangku sekolah dasar, dan hal itu pun hanya berlaku saat itu juga.
Kini, ia sudah masuk masa SMA, masa dimana dirinya benar-benar akan menjadi remaja dewasa. Ia sudah tau mana yang baik untuknya dan yang tidak, jadi dia bisa memilih teman sendiri sesuai dengan frekuensi dirinya.
Meskipun Ivan akan tetap menjadi teman sejatinya, karena yang Uwi rasa, cowo itu masihlah nomor satu di hatinya.
Tapi benarkah?
Lalu bagaimana dengan jantungnya yang selalu berdegup kencang kala bersebelahan dengan Gani? Dan bagaimana dengan hatinya yang menghangat di setiap pembicaraan dirinya dengan sang kakak kelas.
Terlalu cepat jika Uwi dengan gamblang nya mengatakan jika dirinya menyukai Gani. Kakak kelas sekaligus anak pemilik sekolah yang tak sengaja ia tabrak sebagai awal mulai mereka bertemu ini sudah berhasil membuatnya nyaman.
Uwi suka saat, wajah datar nan dingin itu seketika berubah manis ketika mereka berdua.
"Wi, pulang bareng gue aja. Bokap lo mungkin bakal lama datengnya," ajak Agis yang memang sedari tadi menemani Uwi untuk menunggu Ayahnya.
"Ga usah, Gis. Gue ga mau selalu ngerepotin lo." Uwi tersenyum, menyandarkan punggungnya di bangku taman samping sekolah.
"Kapan gue ngerasa di repotin sama lo. Gue ikhlas kok, jadi ayook pulang sama guee, plis~"
Uwi menatap Agis yang masih saja berusaha menawarkan tumpangan. Temannya satu ini memang sangat keras kepala.
"Agis Septihan yang ganteng, yang baik, yang manis. Nganterin gue nya lain kali aja ya, sekarang gue lagi pengen pulang sama Ayah." Uwi menepuk-nepuk pipi Agis yang kini tengah memanyunkan bibirnya.
Terkadang, Agis memang selalu bertingkah manja layaknya bocah. Meski hanya berlaku saat berdua saja dengan Uwi. Di depan para anak-anak gengnya tak mungkin dia menunjukkan sikap manjanya. Bisa-bisa ia menjadi bahan ledekan.
"Iya, deh. Janji ya, lain kali lo pulang sama gue. Ish! Padahal kan mumpung ga ada si Ivan, gue bisa ngabisin waktu banyak sama lo."
"Gue bakal bicara sama Ivan kalo lo udah minta maaf. Tenang aja, kita bakal terus temenan kok. Kita bakal terus bareng."
"Jadi temen hidup sampe kakek nenek? Ah, Uwi bisa manis juga yaa. Jadi baper deh gue"
"Apa harus gue tabok lo pake power ultramen biar lo bisa bangun dari mimpi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANDER
Novela Juvenil"Gue akan tetap berada di samping lo, entah itu sebagai seorang sahabat, atau sebagain Ivan yang cinta sama lo." Memasuki masa SMA, yang katanya 'Masa Paling Indah' itu justru menjadi perjalanan pahit bagi Ivander dan Ruwina.Tumbuh dewasa, tak membu...