*
Bersyukurlah pada Tuhan, karena mereka kembali akan menjalani hari-hari bersama. Pasalnya, Ivan dan Uwi kini satu kelas. Keberuntungan yang sangat berharga.
"Akhirnya kita satu kelas ... Uwahhh!" Uwi masuk kelasnya, melihat banyaknya bunga sebagai sambutan di hari pertama mereka mulai sekolah setelah menjalin MPLS selama satu minggu.
Ivan juga mengedarkan pandangannya, memperhatikan ke sekeliling kelas yang sangat beda dari kelasnya ketika SMP. Masuk ke sekolah elit seperti SMA Diamond City, membuat Ivan maupun Uwi merasa dirinya adalah salah satu anak yang sangat beruntung, bisa masuk dengan jalur prestasi.
Awalnya, Uwi sempat menyerah karena jika di bandingkan dengan kadar kecerdasan Ivan, dirinya tertinggal sangat jauh sehingga masuk ke sekolah ini dengan jalur prestasi membuatnya Pesimis di awal.
Namun, sepertinya takdir baik tengah berpihak padanya dan Ivan. Selain Uwi sanggup melewati rintangannya, mereka juga bisa masuk ke kelas yang sama.
Tak ada yang perlu di khawatirkan selama mereka masih bisa bersama.
"Ivan, Ivan, Ivan, liat! Ada coklat!"
Uwi berlari menghampiri meja kedua dari sab ke tiga. Di atas semua meja terdapat sebuah coklat juga sepucuk surat.
'Mari belajar dengan semangat dan gembira, jangan lupa awali harimu dengan memakan makanan manis semanis senyummu."
Uwi tertawa gemas setelah membaca tulisan di secarik surat berwarna biru muda itu. Bukankah ia baru saja masuk SMA? Kenapa rasanya ia masuk ke TK. Sampai di beri sambutan se menggemaskan ini.
"Prik banget, deh. Kek ke bocah aja. Kita kan udah SMA," ucap Ivan setelah membawa secarik surat di bangkunya yang sengaja ia pilih tepat di samping Uwi.
"Ck, ini itu sambutan manis buat kita, Bego! Harusnya lo seneng karena sekolah ini mau nerima murid kayak kita. Terlebih siswa kayak lo yang nyebelin."
"Apa lo bilang?" Ivan menunjuk wajah Uwi dengan menggunakan Coklat miliknya.
"Lo ngeselin."
"Oke, uang jajan lo hangus. Males gue jajanin lo nanti."
"Ihh, Ivaaan. Jangan gituu, gue cuma bercanda lho." Uwi merangkul tangan Ivan, menatap Ivan dengan mata berkaca-kaca.
Di depan sekolah mereka, tadi ia lihat ada tukang Cilok. Bisa gawat kalo Ivan tak menjajani nya, akan hilang sudah kesempatannya membeli cilok di sekolah SMA ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANDER
Teen Fiction"Gue akan tetap berada di samping lo, entah itu sebagai seorang sahabat, atau sebagain Ivan yang cinta sama lo." Memasuki masa SMA, yang katanya 'Masa Paling Indah' itu justru menjadi perjalanan pahit bagi Ivander dan Ruwina.Tumbuh dewasa, tak membu...