Botol-botol kosong dengan satu merk Alkohol sudah berjajar di meja besar yang ada di kamar cowok bermata sipit ini. Entah untuk botol yang keberapa, Agis benar-benar mabuk berat."Ngeri banget liat si Bos," ucap Ali yang juga tengah minum minuman panas itu.
"Lagi stress karena di jauhin pujaan hatinya kali." kata Agung. "Cuk, pesen cewek yuk! Gue gabut, asik-asik sabi kali."
"Biar gue yang pesen," seru Adit.
Sudah biasa sebenarnya mereka berlaku bejad seperti ini. Uang banyak membuat mereka bebas melakukan apa saja, termasuk memesan wanita untuk pemuas nafsu mereka.
"Bos, lo mau pesen juga ga?"
"Gue pengen Uwi."
"Ck, Uwi aja terus. Lo deket sama Uwi ga dapet apa-apa selama ini, Bos. Lo juga ga bisa dapetin keperawanan dia." sembur Agung membuat Agis berdecak malas.
"Belum saatnya, gue pengen dapetin hatinya dulu."
"Bucin banget, Najis. Dah lah! Pesen buat kita bertiga aja. Si Bos mah ga usah. Biar dia mati sama kebucinan dia."
"Hahaha, oke."
***
"Permisi, Pak. Saya temennya Agis. Agis nya ada?"
"Ada, Den. Silakan masuk."
Ivan menundukkan kepalanya tanda terimakasih saat dirinya di persilahkan untuk masuk. Namun, banyaknya mobil yang terparkir di halaman luas rumah cowok itu membuat Ivan bingung di buatnya. Apa sedang ada acara?
"Sebentar, biar saya panggilin Den Agis nya dulu."
"Iya, Pak. Makasih."
Sepi sekali rumah megah ini, sama sekali tak ada kebisingan kecuali suara listrik dan mesin-mesin lainnya. Kedua orang tua Agis mungkin sedang sibuk bekerja.
"Den maaf, Den Agis nya lagi sibuk sama temen-temennya di atas tuh kayaknya."
"Oh, ada temen-temennya juga?"
"Iya, Den."
"Saya boleh kesana ga? Kebetulan mereka juga temen saya."
"Oh, boleh kok, Den. Silahkan. Saya juga mau kembali jaga di depan." ucap pria paruh baya yang Ivan yakin adalah penjaga rumah mewah ini. Ivan berterimakasih, sebelum mulai menaiki anak tangga menuju kamar Agis.
Namun, terdengar suara bising jeritan dan desahan dari salah satu kamar. Ivan tentu curiga, karena suara itu jelas terdengar seperti suara seseorang yang sedang berhubungan intim. Atau mungkin...
Brak!
"Woy, Anjing! Maen dobrak aja lo!"
Ivan sampai melongo melihat pemandangan kurang ajar di depannya ini. Ada tiga wanita tanpa busana yang menungging dan mengangkang di hadapannya. Dan yang lebih parah, mereka semua sama-sama tengah di hajar oleh tiga cowok yang jelas-jelas Ivan kenal.
"KALIAN NGAPAIN, ANJING!"
***
"Jangan ngadu ke siapapun, atau gue sebarin foto lo." Gani mengusap lembut pipi Uwi, tersenyum santai seolah menganggap remeh gadis yang tengah ketakutan ini. "Lagian, meskipun lo lapor, gue bisa bungkam pihak kepolisian. Lo tau kan kuasa keluarga gue itu gimana?"
Uwi menepis tangan Gani dari pipinya. "Kenapa lo jadi jahat gini ke gue? hiks."
"Alasan pertama, karena lo duluan yang mulai, lo ga inget kalo lo cium gue duluan? Secara ga langsung lo buka kesempatan buat gue. Tapi kenapa lo malah nyesel? ... Kedua, gue muak karena lo terus bawa-bawa nama Ivan. Ketiga, lo udah anggap gue jahat, jadi ga ada salahnya gue jadi jahat beneran sama lo. Ya kan?"
Uwi menggelengkan kepalanya, kembali menangis meski mulutnya masih tetap diam. Ia tatap ke luar kaca mobil dimana gerbang rumahnya masih tertutup. Ia tak berani pulang karena rasanya ia sudah sangat kotor untuk menginjakkan kaki di rumah kesayangannya.
Dirinya hanya akan membawa kekecewaan. Dirinya sudah tidak suci lagi.
"Good Night, baby. Sampai ketemu besok."
Uwi tak membalas ucapan Gani, ia dengan cepat ke luar dari mobil itu lalu masuk kedalam gerbangnya. Gani hanya bisa menyeringai tipis melihatnya. Pikirannya sudah terlalu stress untuk berpikir jernih. Dia yang mabuk sering kali lepas kontrol, dan seperti inilah akibatnya.
Lagipula semuanya sudah terjadi, dan sepertinya Uwi pun akan tutup mulut karena takut.
"Seru juga."
***
"Kalian sering kayak gini?" tanya Ivan
"Kalo lagi pengen aja." jawab Agung yang masih setia memangku wanita sexy pesanannya itu.
Ivan hanya mengernyitkan keningnya seraya menahan aroma menyengat dari minuman beralkohol milik keempat cowok itu.
Sungguh, se berandal Geng A4 yang ia tahu, tak sampai berfikir jika mereka akan berlaku sejauh ini. Bahkan sampai memesan wanita-wanita untuk memuaskan nafsu.
"Gila sih, gue harus bisa jagain Uwi dari kalian."
"Kita juga mikir kali, Van. Noel si Uwi aja kita udah di gibeng si Bos."
"Bener, senggol bacok pokoknya kalo udah berurusan sama Uwi. Jadi lo ga usah takut."
Ivan melirik Agis yang terkapar tak berdaya di sofa besar dekat lemari miliknya. Memang, dari ke empat nya hanya Agis yang ia lihat tak bermain dengan wanita-wanita Astaghfirullah ini.
Tapi tetap saja, Uwi-nya harus aman. Bermain dengan cowok-cowok seperti mereka hanya akan berdampak buruk.
Persetan jika nanti Uwi akan marah karena dirinya kembali mengekang.
"Terserah, pokoknya gue pengen kalian jauhin Uwi."
Halo, aku balik lagi
Jangan lupa vote ya. Meskipun sama sekali belum ada yang baca semoga cerita ini ngehibur kalian nanti kalau udah rame ><Spam update seperti biasanya~
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANDER
Ficção Adolescente"Gue akan tetap berada di samping lo, entah itu sebagai seorang sahabat, atau sebagain Ivan yang cinta sama lo." Memasuki masa SMA, yang katanya 'Masa Paling Indah' itu justru menjadi perjalanan pahit bagi Ivander dan Ruwina.Tumbuh dewasa, tak membu...