IVANDER - 38. Kesehatan Mental Uwi

52 7 0
                                    

Pintu putih itu terbuka menampilkan seorang pemuda yang melangkah lemah menuju ranjang dimana Mama nya terbaring koma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu putih itu terbuka menampilkan seorang pemuda yang melangkah lemah menuju ranjang dimana Mama nya terbaring koma. Kursi besi yang bergeser pelan terdengar memenuhi ruangan sepi tersebut.

"Ma, Ivan dateng. Gimana keadaan Mama?"

Ada banyak selang-selang yang tersambung ke tubuh Mamanya, dan itu sungguh terlihat mengerikan. Wajah cantik sang Mama juga semakin pucat.

"Mama kapan bangun, Ivan butuh Mama."

Runtuh sudah pertahanan yang sedari tadi ia kuatkan. Air mata dengan bebas meluncur membasahi pipi si tampan.

"Hiks, Ivan harus gimana, Ma? Ivan ga kuat."

Kehadiran sang Mama selalu menjadi kekuatannya di kala terpuruk seperti ini. Ivan berharap Mamanya yang kuat akan segera bangun untuk memeluknya dan menenangkannya setelah menerima kenyataan pahit ini.

Ivan remas dadanya yang terasa begitu ngilu. Terngiang begitu jelas setiap penjelasan yang keluar dari bibir bergetar Uwi tadi pagi.


"Gue tidur sama Kak Gani."

"Gue ga sadar apa-apa karena gue mabuk."

"Kak Gani juga ngancam gue, dia bakal sebarin foto gue kalo gue sampe cerita ke orang-orang. Meskipun gue lapor polisi, dia bakal bisa dengan mudah beresin semuanya."

"Jadi gue mohon, Van. Rahasiain ini. Cukup lo yang tau."

"Maaf karena udah bikin lo kecewa. Gue emang sahabat yang buruk. Gue ga lagi se suci dulu, gue kotor sekarang, Van, hiks."


Ia tak bisa melakukan apa-apa, semuanya terasa begitu rumit seketika. Uwi sudah sangat memohon agar dirinya tak bertindak gegabah yang bisa saja membuatnya dalam masalah. Tapi, apa ia akan diam saja saat sahabatnya di lecehkan seperti ini?

"Si keparat itu benar-benar kurang ajar, gue bakal kasih dia pelajaran."

Cowok itu sudah membuat Uwi mabuk, dan merenggut keperawanannya. Hal itu tak mungkin bisa Ivan maafkan.

***

"Ayah, maafin Uwi."

Tata mengelus sang putri dengan penuh kasih sayang. "Gapapa, Sayang."

Uwi memejamkan matanya menahan rasa sedih saat ia harus berbohong pada Ayahnya karena tak mungkin ia memberi tahu pria paruh baya itu kebenaran tentang dirinya yang sudah di nodai. Tak bisa ia bayangkan betapa marah dan kecewanya sang ayah.

Kehormatan yang ia jaga sudah terbuang sia-sia hanya karena kebodohannya. Gadis yang tumbuh di keluarga yang penuh larangan dan kepedulian ini sudah gagal.

IVANDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang