15

463 81 16
                                    

"Nasib gue dah kalau si bocil udah ngambek, nggak bisa masuk kamar" gerutu varo dan berdecak setelahnya.

"Udah nggak usah ngedumel! Lo juga yang salah, ngapain nampar rain? Udah tau rain masih kecil main gampar aja lo!" Omel bima dan varo memanyunkan bibir nya.

"Ya namanya kelepasan kak, mau gimana lagi?" elak varo, kemudian melihat bram dan rani yang hanya diam.

"Bun, yah, ayo dong bujuk rain lagi! Mau sampe kapan varo nggak bisa masuk kamar?" pinta varo dengan memelas.

Bram menghela nafas dan melihat pintu kamar yang tertutup rapat.

"Rain buka pintu nya nak! Jangan bikin ayah marah! Kamu bilang udah besar, kan? Nggak begini caranya  nyelesein masalah kalau udah besar!

"Kalau rain terus diam kayak gini, ayah tinggal ya? Ayah pergi dan nggak pulang lagi, biar aja nanti rain nggak punya  Ay__"- bram.

Ceklek

"Dasar tukang ngancem" kesal rain setelah membuka pintu,membuat bram,rani, varo dan bima melihat rain dengan tajam.

"Bagus ya, Marah marah nggak jelas gitu?" Omel rani sambil melihat rain dengan tajam.

"Terserah rain kalau nggak mau di atur atau di sayang lagi, bunda nggak mau ngurusin rain lagi" lanjut rani membuat rain langsung mencebikan bibir nya dengan ekspresi mau menangis.

"Nggak usah nangis rain! Kamu udah bikin kita males sama kamu" - bima.

"Nggak usah lihat gue! Gue nampar lo berati lo udah keterlaluan" sambung varo tanpa melihat rain.

Sebenar nya mereka tidak tega marah seperti itu sama rain, tapi mereka harus melakukannya untuk memberi pelajaran rain kalau apa yang dia lakukan itu salah.

Brak

"Anjir" gumam varo yang kaget saat rain kembali menutup pintu.

Bukannya takut, rain malah semakin jadi marahnya.

"RAIN BUKA PINTU NYA! LO BENER BENER BIKIN GUE__"- varo.

Ceklek

"BERISIK" bentak rain yang sudah mebuka pintu.

"Sini lo!" varo menarik tangan rain dengan kasar.

Tidak ada yang menghentikan varo, mereka hanya mengikuti varo yang membawa rain ke ruang tengah.

"Duduk!" titah varo dengan tatapan nyalang dan terlihat menyeramkan.

Rain tanpa mengatakan apapun langsung duduk.

"Ngomong! Kenapa lo kayak gini? Kita salah apa sampai lo kayak gini?"- varo.

Rain melihat varo, bima,rani dan bram dengan mata merah menahan tangis.

"Rain marah karena kalian nggak ada yang bilang kalau rain sakit jantung"  kata rain bersamaan dengan air mata yang mengalir begitu saja.

"Rain capek di atur atur  terus, rain capek harus minum obat terus, tapi rain penasaran kenapa rain selalu sakit kalau ngak minum obat.

"Makanya kemarin rain nanya sama apotik di rumah sakit, obat apa yang selama ini rain minum dan mereka bilang itu obat jantung" rain mengusap mata nya dengan lengan baju nya.

"Kenapa kalian nggak  ada yang ngasih tau rain? Rain fikir kalian begitu karena sayang sama rain,

"tapi semua itu karena kalian cuma kasian kan sama rain yang penyakitan?" kata rain, dia menunduk dan menangis tanpa suara.

Grep

Rain semakin menangis saat bram memeluk nya.

"Maafin ayah sayang, ayah yang udah melarang bunda, kak varo sama kak bima buat ngomong sama rain.

Rain✅ ( Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang