28. Monokrom

111 45 30
                                    

Dua insan itu berjalan beriringan sama-sama sibuk memandang ke berbagai arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua insan itu berjalan beriringan sama-sama sibuk memandang ke berbagai arah. Benar-benar suasana khas perdesaan yang asri, tenang, dan syahdu. Satu persatu kendaraan yang muncul melintas jalan, tanpa polusi di setiap mata memandang hanya terdapat pepohonan rindang hingga semak-semak belukar di sisinya.

Irama alam aliran air mengalir pelan dari bawah tebing sebab terdapat sebuah air terjun menuju sungai terlihat lumayan jernih di pandang mata. Naraya melongo sembari membuang putung rokoknya ke sembarangan arah dibuat terpana akan indahnya pemandangan alam semesta ciptaan Tuhan ini.

 Naraya melongo sembari membuang putung rokoknya ke sembarangan arah dibuat terpana akan indahnya pemandangan alam semesta ciptaan Tuhan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah tau bagus, malah dirusak."

Sedangkan si lekaki justru masih sibuk memperhatikan kecantikan paras mempesonanya dari samping. Patut diakui gadis itu terlihat semakin cantik dengan rokok di mulutnya hal yang tak akan ia temukan pada perempuan lain, meski sialnya benda itu mampu keracuni organ tubuh mana saja.

"Hah? Maksud lo itu?" menunjuk ke bawah mengunakan sebelah tangan.

Senyuman tulusnya mengembang sudah gatal sekali ingin merampas benda itu dari tangannya. Sayang sekali dirinya bukan lelaki yang kasar atau tipe orang yang suka mencampuri urusan perempuan.

"Ya iyalah, yang cantik nggak boleh dirusak."

Nachandra memahami apapun keadaannya, semua orang hanya ingin dimengerti dan dihargai. Maka mungkin dia harus memikirkan beberapa pertimbangan dulu sebelum mengambil keputusan.

"Cantik?" Pertanyaan singkat itu membuatnya malu saat ini, pipinya memanas gelisah menunggu jawaban.

"Ya, lo cantik."

Deg.

"Ra."

"Hah?"

Tolong, ingatkan Naraya cara bernapas sekarang.

"Anjingnya udah nggak ada, ya? Syukur deh." gumamnya terkesan basa-basi, melirik ke belakang was-was.

"Mungkin kalo lagi terang-terangan gini tu anjing takut kali liat muka lo," canda Naraya mengedipkan matanya jahil.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang