13. ;

143 49 52
                                    

Tak bergerak karena terlalu kaget, matanya terpejam tak sengaja menikmati permainan telaten seorang alih, meski hanya sekejap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak bergerak karena terlalu kaget, matanya terpejam tak sengaja menikmati permainan telaten seorang alih, meski hanya sekejap. Tangan gadis itu menangkup wajah temban sang laki-laki, seolah-olah tak mengizinkannya berhenti di tengah jalan.

Perlahan tersadar saat cahaya dari lampu di sekitar menyilaukan pandangannya mengembalikan setengah dari kesadaran Nachandra serta merasakan desiran aneh dalam diri.

"Tega lo, hah?"

Tamat. Walaupun terasa sangat berat Nachandra masih berusaha memaksakan matanya terbuka lebar saat mendengar suara yang sangat ia kenali dari samping sana.

Seorang anak gadis di depannya menatap nanar, si lelaki menoleh mengikuti arah pandangannya. Ia tak begitu yakin, tapi Callista tersenyum ke arah Yura, senyuman yang tak dimengerti.

"SIALAN LO? BAJINGAN YA?!"

Nachandra menyaksikan hal tak terduga karena tiba-tiba Yura menyerang Callista secara brutal, menjambak rambutnya, yang akhirnya dibalas tamparan keras tanpa belas kasian. Yura menggeram, pasalnya, ini benar-benar tidak adil, karena justru dirinya yang mendapat dua kali luka sekaligus.

Kepala Nachandra terasa pening, merasakan hembusan angin kencang mengganggu pendengarannya, bersamaan dengan tubuh laki-laki itu yang sedikit oleng. Tetapi hal itu bukan lagi masalah penting baginya.

Karena dirinya benar-benar harus segera meluruskan kesalahpahaman yang mulai disadarinya. Matanya melebar menyaksikan perseteruan antara pacarnya dan perempuan asing ini.

Ketika Yura melayangkan tangan di udara mencoba membalaskan rasa sakit yang dideritanya, berhasil ditangkis oleh Callista. "Kenapa? Keberatan lo?" Bisiknya sambil tersenyum miring.

"Yura," panggil Nachandra lembut.

Yura hanya menoleh sebentar menatap manik hitam tegas milik si lelaki. Tangan Nachandra berusaha meraihnya namun segera ditepis telak. Hati gadis itu benar-benar hancur berkeping-keping melihat sosok Nachandra bercumbu dengan perempuan lain di saat si gadis menganggapnya sebagai aset paling berharga.

Tentu setelah sang Ayah.

Baru kali ini dia merasakan bagaimana sakitnya melihat jelas tatapan indah Nachandra yang biasanya menenangkan jiwa, kini justru menghancurkannya.

Bahkan Nachandra tak tau apa yang terjadi barusan, yang jelas ia akan mengakui sendiri bahwa dirinya adalah laki-laki brengsek yang sedang melukai perasaan seorang anak perempuan haus akan kasih sayang seorang ibu.

"PUAS LO BERDUA, HAH? CALLISTA? PUAS KAN LO?" Matanya memerah dan air bening pun lolos dari matanya.

"NACHANDRA?! JAWAB AKU? KENAPA??"

Cahaya temaram bulan dan bintang menjadi saksi bertapa lelahnya gadis itu berteriak namun seperti tidak ada yang benar-benar mengerti. Dia lelah, juga membutuhkan seseorang untuk selalu ada.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang