Kedua tangannya menurun menatap lurus pada bayangan diri hingga memperhatikan bentuk tubuh melalui kaca meja rias, diselingi hembusan napas pasrah, beralih berputar ke sekeliling ternyata masih berantakan di sudut ruangan.
Sebenarnya niat awalnya adalah ingin merapikan ruang pribadinya ini, namun sejak seseorang memanggilnya dan tiba-tiba menyuruh mengganti baju rumahan dengan sebuah dress selutut berwarna hitam-salah satu warna favoritnya-yang baru Farhan dibelikan katanya sih, dari luar negeri.
Lantas dengan secepat kilat gadis itu membereskan kamarnya menaruh seluruh benda maupun pajangan pada tempatnya, lalu mengganti pakaian dengan dress tadi.
Sesaat ia dibuat terpesona sendiri oleh indah bentuk dress hitam pekat tersebut karena rasanya selama hidup dia tidak pernah mengenakan pakaian semacam ini, meski ditawarkan milik Yura pun tentu akan menolak.
Memang siapa yang sudi mengenakan pakaian sang musuh bebuyutan?
Dress tersebut tampak sangat pas di tubuh ideal Naraya. Bahkan dirinya sendiri masih tak percaya mendapati pantulan bayangan keindahan bentuk tubuh mungilny, perlahan bibir pucatnya tersenyum percaya diri.
"Cepetan woi, nggak usah lama lamain lo, Nay."
Dengan tak sopannya Dean menggedor-gedor hingga membuka pintu kamar adik tirinya langsung menyuruh si gadis segera keluar. Sementara Naraya masih sibuk merias wajahnya memoleskan beberapa produk skincare serta make-up tipis.
"Nggak usah lo kasih tau juga gue udah tau," jawab Naraya dingin. Keduanya beradu pandang cukup lama menebar kedengkian.
"Ehh, jangan kaya gitu sama adekmu ... Biar Om aja ya?" Suara Farhan terdengar jelas meskipun beliau berbicara pelan nyaris seperti berisik.
"Ayo, sayang sini."
Naraya membalikkan badan sepenuhnya menghadap ke arah mereka yang masih setia menunggu. Dean tak bereaksi banyak, namun kalau bisa ditebak dapat dipastikan kakak tirinya itu tampak sedikit terkejut melihat penampilannya. kali ini, sedangkan Farhan?
"Yaampun, ini keponakan Om?? Cantik bangett Ya Allah!" Puji Farhan heboh sendiri.
Bahkan pria itu sempat mengabadikan foto keponakan kebanggaannya ini dengan kamera ponsel. Tampak sangat bahagia, kebahagiaan yang tak pernah Naraya temukan pada siapapun saat melihatnya.
Ini memang dunia yang kurang adil atau Naraya yang terlalu kurang bersyukur, sih?
•
•
•
•
Hawa dingin malam serta suasana di pesisir pantai sepertinya semakin ramai oleh pengunjung. Meskipun yang datang hanya dari satu kalangan kerabat saja sebenarnya. Karena salah satu anak dari putri mereka sedang mengadakan acara ulang tahun cukup meriah.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]
Ficção AdolescenteSejalan, tak searah. Nachandra Renjana dan Naraya Hysteria adalah dua remaja yang terbelenggu dalam trauma masa lalu. Tentang kehilangan orang-orang terdekat, kekerasan sejak dini, pemulihan diri dari masalah kesehatan mental, sisi kejam dunia pada...