Sejalan, tak searah.
Nachandra Renjana dan Naraya Hysteria adalah dua remaja yang terbelenggu dalam trauma masa lalu.
Tentang kehilangan orang-orang terdekat, kekerasan sejak dini, pemulihan diri dari masalah kesehatan mental, sisi kejam dunia pad...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naraya terduduk di tepi trotoar menatap ke sekeliling yang mulai ramai oleh siswa dan siswi dari sekolahnya dan beberapa dari sekolah lain, di antaraya adalah mereka yang memiliki reputasi kepopuleran yang tinggi. Menunggu Jinna yang sedang membeli air minum untuk mereka berdua.
Sesekali melirik ke arah Haidan yang diam-diam memperhatikannya dari jauh, pasalnya, gadis itu mengikat rambut sebahunya dengan pita berwarna merah, wajah Naraya juga tidak banyak berubah, masih sama cantiknya seperti biasa.
Bedanya kali ini parasnya tampak lebih segar meski sejak tadi hanya menampakkan ekspresi datar, tanpa senyuman berarti.
Gerombolan anak-anak SMA itu berkumpul di titik yang sama, sama-sama membawa motor jagoan kesayangan mereka. Beberapa kelompok anak laki-laki yang mendominasi, tetapi melihatnya entah kenapa Naraya jadi teringat sesuatu.
Teringat, pernah sekali Nachandra berkata bahwa dirinya pernah mengikuti balap liar hingga berakhir kecelakaan dan membuatnya trauma tak ingin lagi mengendarai kendaraan tersebut, Naraya tersenyum miring mengingatnya.
Sepertinya bocah itu bisa menyetir mobil, tetapi mengingat dirinya serba tidak ingin ribet, lalu amanah dari orang tuanya ke pada Farhan untuk menjaga Chandra maka pria itu tak sekalipun membiarkannya pergi sendirian.
Hanya sedikit informasi yang bisa disimpulkan hanya dari penglihatannya.
"Ya, Naraya! Bantuin gue deh!" Jinna baru saja keluar dari sebuah minimarket menenteng dua kresek plastik penuh di tangannya.
Senyuman tipis mengembang di pipi Naraya lantas langsung berjalan ke arah Jinna membantunya meringankan setengah beban yang dibawa. "Tadinya mau beli minuman doang, malah kebablasan deh beli semua haha."
"Yaampun, Na. Siapa yang bakal anter lo ntar gak mungkin lo sendirian bawa ini semua kan?" tanya Naraya khawatir.
"Iyaa gak usah khawatir, nanti gue pesen jogek aja deh." Sesaat Naraya terdiam tak sengaja memperhatikan seberapa cantiknya gadis itu dengan rambut yang terurai panjang, ada rasa iri juga sebenarnya
Gimana ya rasanya punya rambut panjang?
Mereka terduduk bersama menyaksikan keramaian, hal yang jarang Naraya lihat akhir-akhir ini, saking sibuknya berkutat dengan pikiran sendiri membuatnya tak ingin memikirkan hal lain. Lebih tepatnya malas.
Jinna tiba-tiba membawa sebuah gitar dari teman laki-lakinya, lalu terduduk di samping Naraya memainkannya asal-asalan. Seketika mereka berdua tertawa keras terlalu natural tawa tanpa dibuat-buat.
"Na, Jinna." Seorang laki-laki menyapa Jinna tanpa ekspresi.
"Hah?"
"Mau taruhan?"
"Lagi, Sa?"
"Kalo gue menang lo mau apa, dan kalo gue kalah ngapain?"