Hari berikutnya.
Seolah waktu yang dihabiskan kemarin hanya delusi.
Mereka harus mempersiapkan diri untuk masuk ke sekolah lebih awal, seharusnya sih begitu, setelah izin selama dua hari lamanya Naraya malah kesulitan tertidur karena terus memikirkan ucapan yang terngiang-ngiang di kepalanya dari Nachandra semalam.
Tentang dia tidak mampu terus-terusan menatap ke belakang memandang masa lalunya.
Memang benar ada beberapa hal menyenangkan yang mungkin tak akan ditemukan lagi saat beranjak dewasa. Dua insan semalam berpisah sambil melepas rindu bersama sisa kenangan cerita berakhir duka, masih teringat jelas bagaimana pelukan matahari menghangatkan, menepis segala bimbang.
Lalu ketika tangan dinginnya meraih permukaan hangat milik si lelaki ia dibuat merasa begitu nyaman, tenang, dan aman berada didekatnya. Entah apapun itu dia tidak mengerti kadang kebingungan sendiri memikirkannya.
Seperti dugaannya pintu gerbang telah tertutup saat dia sampai, bibirnya mengerucut kesal meremat jemarinya menahan emosi, menyentuh permukaan besi itu nanar ingin menumpahkan tangis saja rasanya.
Naraya merutuki dirinya sendiri dalam hati oleh sebab menolak tawaran Nachandra berangkat ke sekolah bersama tadi pagi, berakhir dihadapkan pada kesialan lain lagi. Bukannya apa-apa, hanya saja ia terlalu takut akan terjadi sesuatu pada laki-laki itu sejak kemarin dirinya lebih sering melamun memikirkan hal ini.
Lagipula ini salahnya ia tidak bisa membayangkan bagaimana Haidan membenci Nachandra perihal kandasnya hubungan mereka sekarang. Terkesan seperti Naraya memutuskan hubungan mereka oleh karenanya padahal ya ... sama sekali bukan begitu.
Haidan adalah laki-laki yang sangat tempramental, tak heran banyak anak perempuan merasa takut mendekatinya memilih menganggumi dari kejauhan. Terbukti dari bagaimana berbedaan perubahan sikapnya di depan orang lain jika dibandingkan Naraya.
Mereka heran bagaimana bisa laki-laki dingin ini mencair begitu cepat ketika berbicara dengannya, menghabiskan waktu bersamanya. Ia tak sebodoh itu untuk tak menyadari bahwa Haidan benar-benar mencintainya, sangat disayangkan sekali semuanya berakhir terlalu singkat.
Tidak ada penyesalan di hati, lagipula mau sampai kapan dia menipu dan terus-terusan menyakiti perasaan seseorang?
Ya, meski tanpa disengaja.
Gadis itu hendak berjongkok di depan gerbang memperhatikan tali sepatunya terlepas, lalu mengikat kembali seperti semula, melirik ke berbagai arah orang-orang hanya menatap heran tanpa peduli.
Yang menjadi pertanyaannya adalah ...
Apakah bahkan dia pernah mencintai laki-laki itu?
Perasaan senang berada di samping Haidan bisa jadi hanya sekedar perasaan terlindungi biasa sebagai seorang teman, sahabat, atau malah saudara, karena dengan begitu orang-orang itu tidak akan menggangu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]
Novela JuvenilSejalan, tak searah. Nachandra Renjana dan Naraya Hysteria adalah dua remaja yang terbelenggu dalam trauma masa lalu. Tentang kehilangan orang-orang terdekat, kekerasan sejak dini, pemulihan diri dari masalah kesehatan mental, sisi kejam dunia pada...