Tak terhitung berapa adab pemilik kamar dengan bau maskulin ini melupakan kebiasaan tidur siangnya saat beranjak dewasa tanpa disadari ternyata hari sudah mulai menggelap menyisakan cahaya remang lampu tidur hingga pemandangan kucing liar di luar sana.
Mengumpulkan setengah kesadaran menatap ke sekeliling segera mematikan sisa penerangan tinggal menyisakan ruangan hitam gelap gulita. Sekarang pendengarannya mulai menangkap samar suara dari ruang tengah-ralat, ruang makan.Ruang pribadinya ini memang bersebelahan ruang makan dan dapur maka ia bisa mendengar jelas siapa pemilik suara itu. Nachandra menyingkap selimutnya jalan hati-hati, kemudian diam-diam mengintip.
Seperti ... tidak asing.
Langsung mendapati punggung seorang perempuan membelakanginya sedang duduk di depan meja makan sambil berbicara pada dua orang di hadapannya. Salah satunya diketahui adalah ibunya, dan di sebelahnya seorang pria mengenakan setelan jas rapih.
Nachandra mengendus pelan terlebih saat salah seorang pria mulai menangkap kehadirannya lantas tersenyum lebar menyapa, semoga saja orang-orang ini tidak menyadari gerak-gerik anehnya. Ya, semoga saja.
Menghentak langkah pelan namun pasti, kemudian anak itu berlagak santai saja tampak tak berminat memedulikan mereka, ah. Bukankah rasanya terlalu tidak sopan? Entahlah lagipula sudah terlanjur.
"Nachandra, mau ke mana kamu?" Suara dingin bak diterjang ombak kini langsung menusuk ke jantung membuat pergerakannya membeku di tempat, bunyi pelan derap langkahnya di belakang mendekat.
"Ayo, makan dulu." Lengannya dicengkram lumayan kuat tengah memberi peringatan. "Kita kan sudah lama nggak makan bersama." Memaksakan bibirnya tersenyum pada sang anak.
Kepalanya menoleh pelan menatap wajah sang ibu, sesaat melirik ke arah dua orang yang sedang berbisik membicarakannya, biarlah, setidaknya mereka tak sedang membicarakan kejelekannya.
"Ma ...."
"Jangan melawan," desisnya makin menarik keras lengan Nachandra, namun dirinya berusaha keras menolak, tatapan memohonnya tak juga menggetarkan kerasnya hati seorang ibu.
Marnia menyeret anak lelakinya mulai jenuh. Baginya ini adalah pertemuan pertama yang seharusnya terkesan mengesankan bagi dua belah pihak keluarga yang nampak hidup sejahtera dari segala aspek, dan satu hal menjadi pengacau.
"Please lepas, Ma," rengeknya berusaha melepaskan tangan Marnia dari lengannya sungguh memohon.
"Duduk!" Matanya melotot menujuk kursi di depan sang anak. "Kamu harus kenalan dengan anak cantik ini," sentaknya melirik ke arah si seorang gadis cantik yang sebelumnya memang pernah ia kenal.
Hal itu sama sekali tak menarik minatnya, sementara wanita ini masih bersikeras meluluhkan hati sang anak untuk setidaknya duduk ikut serta menyambut tamu penting mereka dengan sopan kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]
Подростковая литератураSejalan, tak searah. Nachandra Renjana dan Naraya Hysteria adalah dua remaja yang terbelenggu dalam trauma masa lalu. Tentang kehilangan orang-orang terdekat, kekerasan sejak dini, pemulihan diri dari masalah kesehatan mental, sisi kejam dunia pada...