***
"Sange nih?"
Wanita cantik di depanku ini tak menjawab. Ia berpaling dengan wajah yang merah padam.
"Merah pipinya" ku colek pipinya membuat bibirnya menecebik. "Ayo ahh"
Terkejut, karena tubuhku didorong olehnya. Dengan bertumpu di kedua dadaku, ia gerakan bokong indahnya naik turun.
Gigiku menggertak karena desahan ku hampir lolos. Ku lirik kebawah, tempat dimana milik kami bertemu. Gerakan lambat menyiksaku.
Aku menahan bokongnya lalu ku gerakkan pinggangku naik.
"Ahh,,ohhh" reflek tanganku membekap mulut nakalnya yang memekik tadi.
"Harder baby,," lirihku memberi akses kembali padanya. Tangannya ia tekuk tak berdaya, gerakannya masih saja sama.
Kupeluk dirinya kuat lalu menghujam nya naik. Ku bekap bibirnya dengan mulutku, ia mengerang tak tahan di sana.
Aku menopang tubuh ku, membawa kaki ku berdiri bersama tubuhnya. Gigitan kecil kurasakan di pundakku, saat milikku ku dorong penuh kedalam.
Ku bawa dirinya masuk lagi ke kamar mandi. Menurunkan tubuhnya di wastafel tanpa melepas milik kami.
Rambut indahnya ku satukan digenggaman tanganku dan mengepangnya keatas, matanya menelusuri milikku yang memasukinya.
"Fuck me.."
Tanpa disuruh pun, penisku sudah berkedut ingin menghentak kuat kuat lubang vaginanya.
Aku menekuk kedua kakinya keatas, berlutut menyamaratakan mulutku dengan vaginanya.
Menjulur lidahku keluar dan menari di daging becek yang merah. Dua jari ku dorong masuk membuatnya tubuhnya terhentak.
Ia menjambak ku kasar dan berteriak nikmat. Becek, sangat becek membuat jariku licin dan lincah dilubang indah itu.
Tubuhnya bergetar kecil, miliknya semakin basah dan berkedut. Desahan dan lenguhan nya menjadi canduku.
Dua tangannya mendorong kepalaku semakin menempel. Tubuhnya terhenyak, bola mata hitamnya bergerak naik. Lenguhan panjang terdengar dari mulut setengah terbuka, ia menjemput pelepasannya.
Aku menegakkan tubuhku, mengelus klitoris nya penuh damba. Tubuhnya bergetar kecil masih menikmati sisa orgasme.
Helaian kecil rambutnya terjuntai menyentuh pelipisnya yang berkeringat. Panas, tubuhnya terlihat sexy dan aku sangat menyukainya.
Mata sayupnya menyipit, senyuman tipis terukir dan kami terkekeh. Aku menyapu lehernya lembut, jemari ku merayap di dua gundukannya.
Ia mengangkang lebar membuat milikku masuk tanpa perlu dituntun. Genjotan dari ku membuat mulutnya mangap. Sesekali menutup ketika air liur nya menumpuk.
Mata sayup kami memandang satu sama lain. Tubuhku bergerak diikuti tubuhnya yang terpental berlawanan.
Ku turunkannya dari wastafel, membalikkan tubuhnya yang lemas. Menopang tubuhnya dengan kedua tanganku, milikku berselancar dibawah.
Ini enak. Miliknya sempit membuat milik ku terjepit.
"Ohhh...Richard.."
Ia mengalunkan tangannya di leherku, ku miringkan kepalaku dan bibir kami bertemu. Tidak peduli rasa asin yang aku dapat tadi, ia malah mengisap air liurku.
Aku suka ini.
"Oh,,shit Eca.."
Kita terus mendesah dan meracau tanpa tanda lelah. Suara bercinta kami menggema dan otak kami sudah tidak berfungsi dengan baik. Tidak peduli ada yang mendengarkan, penis ku tak berhenti menghujam wanitaku.
Plok Plok Plok Plok Plok
"Ahhh,,,ahhh,,,"
Tangan Eca terlepas dan bertumpu di wastafel. Pandangan dirinya terpantul dari cermin membuatku tersenyum puas.
"Akhh,,,ahh,,ahh,,"
"Hm? Nikmat sayang?"
Aku menghentak milikku keras keras. Tak sadar rambutnya sudah kutarik ke belakang. Tanda kebiruan di lehernya tampak jelas di cermin, dia milikku.
Fuck, Lidahnya menjulur keluar dengan mata yang setengah terpejam. Aku ingin melumat mulut manisnya itu namun posisi doggy ini sangat enak.
Gerakanku tak beraturan, miliknya berkedut manja. Lirihan nya terdengar menandakan pelepasan yang hampir kami capai. Ya, gelombangku juga mendekat.
Tanganku bergerak ke bokongnya, mencengkram kuat. Menariknya kepadaku dan pinggangku ku dorong maju menampar nya.
Tubuhnya melemas dan bergetar. Penisku keluar dan sperma tumpah ditubuhnya, mengalir sampai paha.
Ku gendong tubuhnya, bergerak menuju bathtub. Putaran air hangat dari kran, mengawali ronde ke dua kami.
Sama sama mabuk akan bercinta. Tidak peduli tubuhnya yang sudah lemas, Eca malah memimpin. Pahanya mengangkang di pangkuanku. Air sudah sampai pinggang, begitu pula milik kami yang sudah ia pertemukan.
Tak ada tuntutan dari ku. Semuanya mengalir bersama gerakan lambatnya. Milik kami mencapai pelepasan yang panjang, dengan Eca pelakunya.
Aku keluar terlebih dahulu dan membalut tubuhku dengan pakaian. Eca keluar dengan handuk mungil ditubuhnya.
"Aku turun dulu" ku dekap tubuhnya erat. Aromanya adalah oksigen segar yang aku butuhkan selamanya.
Usapan lembut menenangkan, hanya datang dati jemari lentiknya. Senyum merekah di bibir manis itu membuat hati ku hangat. Berharap tak akan pernah luntur dari sana.
"Besok berangkat bareng mau yaa" Ucap ku memohon
Ia terkekeh kecil dan mengangguk, ku kecup bibirnya sekilas lalu mundur. Senyuman manis itu menghilang saat pintu aku tutup.
Rasanya ingin masuk lagi dan tidur bersamanya malam ini. Memeluknya, dan menghirup aroma tubuhnya sampai pagi.
Kakiku melangkah menuruni tangga menuju dapur. Tuang segelas air dan langsung ku teguk.
"Richard?"
Aku terkesiap melihat mama yang entah dari mana sedang berjalan ke arahku. Jantungku berpacu dan gelas di tanganku hampir berseluncur jika tidak ku cengkram.
"Mom.."
Mama menatap ku dengan wajah serius. Ia menarik kursi dan duduk "Mama mau ngomong penting!"
Deg!
Apa mama mendengar nya?
Mati aku!
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Brother Richard (End)
RomanceWarning 21+ ⚠ Setiap konten sensitif pada cerita ini tidak di sensor! Bijaklah dalam memilih bacaan! Eca Dominica, seorang gadis cantik jelita yang tinggal bersama ayahnya, Lenry Dominica. Seorang yang dengan baik dikenal sebagai pembisnis kaya ray...