Part 23

61.3K 2K 53
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Eca mengendarai mobil nya pulang tepat pukul empat pagi. Udara masih sangat dingin. Kendaraan juga masih sedikit yang berlalu-lalang. Dengan menyetel lagu 'Dia' milik Anji, Eca bersenandung, menikmati angin masuk ke jendela yang sengaja ia buka.

Ketika Eca berbelok, ia menginjak rem mobilnya. Plat mobil dan warna mobil yang sangat ia hafal keluar dari garasi rumahnya. Tanpa berpikir panjang ia mengikuti mobil pria itu dari belakang.

Eca mengikutinya dari jarak agak jauh. Richard yang mengendarai mobil itu berbelok ke arah Rumah sakit. Eca terus mengikutinya dengan kerutan di dahinya.

Saat Eca keluar dari mobil, ia kehilangan jejak. Ia mengerutu, berlari masuk sempoyongan. Tak peduli pada tukang parkir yang melihatnya keheranan.

Eca berjalan lurus di koridor, melihat-lihat ke segala arah. Lalu berhenti mendadak melihat Deril. Pria itu sedang duduk bersama seorang wanita berpakaian layaknya pasien di taman rumah sakit.

"Pacarnya?" Gumam Eca

"Apa gara-gara Deril punya pacar, jadi nggak mau balas pesan-pesan gue?" Ia mencibir kesal.

Eca berjalan mendekati kedua orang itu dan langkahnya terhenti lagi. Ia melihat seorang pria berjalan lurus ke arah kedua orang itu.

Pria itu mulai berdiri menghadapnya namun matanya tertuju pada wanita yang sedang duduk membelakangi. Richard berlutut di depan wanita itu lalu memberikan sebuah bunga dan bingkisan coklat.

Eca mundur satu langkah, saat satu kecupan Richard di berikan untuk wanita itu. Ia merasa sesak di dadanya. Oksigen hilang entah kemana. Matanya memanas, lututnya terasa lemas, Eca bersandar di tembok, tertunduk.

Saat ia mendongak lagi, Deril dan Richard sedang tertawa dan saling berebut untuk duduk di samping wanita yang Eca tak tahu dia siapa.

Eca mundur perlahan, berbalik dan mulai berlari keluar rumah sakit. Air matanya yang sudah penuh di pelupuknya, runtuh seketika. Deril menatap datar punggung Eca yang mulai menjauh.

Eca masuk dan menancap gas mobilnya meninggalkan rumah sakit. Ia melajukan mobilnya ke sembarang arah, memukul stir mobilnya beberapa kali dan mengumpat kasar.

Bibirnya bawahnya bergetar, ia mulai terisak, Eca menangis kuat, sakit sekali di dadanya. Tak pernah Eca merasakan perasaan sesakit ini. Air mata tak berhenti mengalir. Mobilnya pergi ke arah yang ia pun tak tahu kemana.

 Mobilnya pergi ke arah yang ia pun tak tahu kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Bad Brother Richard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang