Part 25

61.7K 2K 108
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Berdiri sendirian di balkon kamarnya. Sesekali menarik nafas dalam lalu membuangnya pelan. Eca ingin menangis, namun air matanya seakan kering didalam sana. Semakin di pikir, dadanya semakin sakit.

Eca tak tahu apa ia terlalu egois atau bodoh?

Semua ucapan Richard dan bujukan pria itu masih berputar di kepalanya. Saat bunyi mobil terdengar, Eca menatap ke bawah. Mobil pria itu keluar dari garasi. Mungkin ke rumah sakit lagi, Eca berdecih.

Pria itu mengatakan kalau ia mencintainya dan menyuruhnya untuk jangan menjauh. Eca tertawa. menertawai dirinya sendiri. Ia dengan bodoh bisa menyerahkan mahkota berharga nya begitu saja hanya karena mendengar penuturan kalimat cinta dari pria itu.

"Omong kosong!" Ucapnya lalu tertawa.

Tawanya tak berlangsung lama. Tangisan penyesalan mulai melanda.

Eca duduk sendirian di salah satu club yang ia datangi. Ia tak membawa mobil karena ban mobilnya kempes. Eca memandang ke arah pasangan-pasangan yang dengan tidak tahu malu berciuman sensual didepannya.

Eca mengambil gelas kecil di meja menuangkan sedikit minuman alkohol yang ia pun tak tahu merek dan nama. Jelas saja, ini adalah pengalaman pertama Eca memasuki tempat ini. Untungnya ia sudah memiliki kartu penduduk. Kalau tidak, pasti sudah diusir oleh pria berjas di ambang pintu depan.

Saat Eca baru meminumnya sedikit, ia didatangi para pria yang berumur seperti Ayah-nya. Mereka mengerumuni meja di sekitar Eca.

"Cantik sendirian aja nih" goda salah satu pria. Bau alkohol dari pria itu kentara sekali.

Eca tak menggubrisnya dan minum lagi. Kepala nya semakin pening apalagi dengan pria pria bau disampingnya.

"Mau di temenin nggak?"

Eca meletakkan gelas dan memandang jijik ke arah pria yang baru saja mengajaknya itu.

"Bisa minggir dari sini?"

"Eh,, cantik-cantik nggak boleh kasar" sahut pria pertama. Ia mengelus pipi Eca. Eca bangkit dan terkejut saat tubuhnya tertarik ke belakang.

"Deril..." Cicit Eca. Pria-pria mesum yang tadi memandang Deril geram.

Deril memandang mereka satu persatu sebelum akhirnya menarik Eca keluar dari sana.

"Lo ngapain datang ke sini?" Deril menggenggam bahu Eca. Wanita itu hanya memandang Deril tanpa berniat membalas.

"Ca! jangan jadi goblok hanya karena pria brengsek itu. Lo nggak pantes datang ke sini!"

Eca menyunggingkan senyumnya dengan paksa, ia pikir dirinya sudah sama seperti jalang yang ada dalam Club. Deril tidak tahu siapa Eca sebenarnya.

Deril mendesah gusar. Mengamit tangan Eca. "Ayo pulang"

My Bad Brother Richard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang