Part 54 (End)

50.1K 1.8K 85
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Di bulan kedua tepatnya Februari, rumah pasangan muda Richard dan Eca mendapat banyak kunjungan dari keluarga. Kedua keluarga mereka datang ke Spanyol menantikan bersama kelahiran anak mereka. Lenry bersama istrinya Rista sudah sejak Januari menetap di kediaman mereka. Sementara John juga mengambil penerbangan saat tanggal satu kemarin, ia tak mau ketinggalan apapun.

Saat ini di ruang bersalin, Richard duduk disamping istrinya. Mereka sedang dikerumuni perawat, raut cemas tercetak diwajahnya melihat keringat mengalir deras di pelipis perempuan itu.

Pembukaan pertama terjadi di jam tiga pagi tadi. Ia merasa Eca lebih kesakitan dibanding sebelumnya. Eca tak pernah mengeluh, tetapi melihat raut wajah wanita itu sepanjang hari ini Richard ingin menangis.

Saat jam menunjukan pukul sepuluh malam, dokter kandungan memasuki ruangan itu. Perut Richard jungkir balik saat di tatapnya kedua tangan dokter yang terbalut sarung tangan. Para perawat di sana sudah bersiap. Sekilas ia melihat John yang melirik mereka dari luar saat pintu terbuka sedikit. Ia ingat, ia tidak pernah bertanya bagaimana perasaan papanya saat mama melahirkan.

Richard merasa Eca mempererat genggaman tangannya saat dokter wanita itu mendekat kearah mereka. "Sayang.." Lirih nya melihat wajah Eca pucat pasi. Ia tahu Eca kesakitan dan takut bersamaan tapi ia tidak tahu harus bagaimana agar mengurangi rasa itu.

Yang ia lakukan adalah menangis, beberapa perawat tersenyum kearahnya, mungkin mereka berpikir Richard pria yang cengeng, yang jelas ia tidak peduli.

Dokter wanita itu melemparkan senyumnya pada Eca dan mulai mengintruksikan beberapa perawat di sana. Kedua kaki Eca ditekuk dan buka mengangkang. Ketika di cek dokter, Eca sudah pembukaan terakhir yang artinya saat ini juga bayi mereka siap dikeluarkan.

Eca mendapat kecupan suaminya. Saat menoleh, ia tersenyum tipis melihat wajah Richard yang sudah sembab dan memerah. Eca menghembus nafas pelan lalu menarik udara dalam, memejamkan mata, menggertakan giginya merasa kontraksinya yang semakin mengiris perutnya.

Terdengar instruksi dokter lagi. Eca menarik nafas, mengangkat punggung keatas dan mulai mengejan, otot wajah nya tercetak jelas, keringat mengalir di wajahnya yang merah, ia meremas kuat pembatas kasur dan mencakar telapak tangan suaminya.

Pandangan Richard tak pernah lepas dari Eca. Ia meringis saat dokter menyuruh Eca agar tidak berhenti padahal wanita itu sudah sangat kesakitan. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah menuntun istrinya mengambil nafas layaknya instruksi perawat disamping ia duduk.

Eca mengencangkan otot perutnya dan mengejan sampai hitungan ke sepuluh, nafasnya memburu saat berhenti tetapi tak lama wanita itu sudah kembali mengejan. Namun tak lama dari itu, Eca berteriak. Merasakan dengan jelas sobekan di bawahnya.

Ia tak berhenti. Kembali mempererat genggaman tangannya dan mengejan sampai sesuatu yang besar sudah keluar setengah. Eca menguatkan dirinya untuk tidak menangis, sobekan di vagina menyiksanya. Mendengar suara suaminya, ia mengambil nafas dalam dan kembali mengejan penuh tenaga. Beberapa perawat semakin menyemangatinya.

My Bad Brother Richard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang