***
Lima bulan penuh kebahagiaan, dirasakan keluarga kecil di tengah kota Madrid. Eca sekarang menatap pandangan dirinya di cermin sehabis mandi. Tampilan tubuhnya sudah normal dibanding masa setelah kehamilan kemarin.
Di sore itu, Richard baru pulang kerja. Sementara melonggarkan dasi kemejanya, sesekali ia menatap ke arah istrinya berjalan ke box bayi dan mengangkat Charli kedalam gendongan.
Richard membuka dua kancing kemeja dan mengekori Eca yang sudah ada di kamar mandi. Di lihat istrinya dengan telaten membuka pakaian Charli dan memandikannya didalam baby bath.
Semua kegiatan itu, tak luput dari pandangan Richard sampai istrinya membalut Charli dengan handuk dalam dekapannya dan kembali menuju kasur. Ia ikut berbaring, seraya memperhatikan hasil benihnya lalu ke arah Eca yang bersenandung sembari memakaikan Charli pakaian kecilnya.
Eca mengangkat Charli dengan selimut bersamaan dengan kaos yang ia naikkan. Duduk bersandar di kepala kasur dengan Charli menyusu dengan damai di sore itu. Pandangan Eca ia turunkan pada suaminya yang sedari tadi memandangnya, tepatnya memandang sumber asi milik nya yang menganggur.
"Ayah mau juga?"
"Mau!" jawab Richard. Segera ia mendekat namun wajahnya ditepis istrinya. "Nggak boleh! Ini punya anak aku." Ia mendesah kasar. "Anak aku juga." Komentar nya dan kembali berbaring.
Cahaya kuning sudah menembus jendela kamar oval itu dengan Eca yang tak hentinya senyum melihat Richard yang sudah menggerutu tanpa suara.
"Ya udah sini.." panggil Eca, ketika suaminya menghentak kaki keras-keras dilantai berniat keluar kamar.
Richard berbalik cepat dan mendarat ke kasur lagi "Daddy join ya bro"
Eca menaikkan bagian kiri bajunya dan suaminya menyusu disamping putra mereka. Pemandangan yang sering ia liat. Mengurus dua bayi memang sangat melelahkan.
Richard memejamkan matanya dan menyusu dengan damai seperti Charli. Sesekali berhenti beberapa detik lalu kembali menyusu.
"Enak?"
Richard mengangguk. Ia merebahkan mengusap kepalanya di paha istrinya dengan puting yang masih menempel dibibir.
Richard mencari tempat senyaman mungkin. Di tuntunnya tangan istrinya yang mengelus Charli berpindah ke rambutnya. Ia mengulas senyum tipis dan kembali menyusu.
***
Sehabis mandi, Richard mencari keberadaan Eca. Ia menyuruh istrinya untuk menunggunya di kamar namun wanita itu pergi entah kemana. Richard baru berhenti ketika melihat istrinya berjalan masuk melewati pintu depan dengan kresek ditangannya.
"Brownies." kata Eca, tertawa dan berjalan melewati suaminya begitu saja menuju dapur. "Sini..enak banget loh sayang."
"Ini yang kemarin aku mau suruh kamu beli didepan.."
Richard duduk di kursi dan menatap Brownies coklat ditangan Eca yang sudah ia layangkan kepadanya. "Aaa..."
Pria itu membuka mulutnya lebar karena Brownis suapan Eca besar. Eca bergerak duduk di pangkuannya dan makan juga. Ia menyuapi Richard dan dirinya bergantian sampai habis. Menuangkan dua gelas air putih dan minum.
"Charli udah tidur, sayang?"
Eca mengangguk dan mencari sesuatu di kulkas. Ia mengambil ice cream stroberi dan ingin makan namun diambil Richard dari tangannya.
"Udah, kebanyakan manis kamu makannya!"
Eca mengerucutkan bibir dan mengangguk. Di luar dugaan, Richard membuka kulit es krim itu lalu memakannya didepan Eca. Mulut wanita itu berkedut, ingin sekali makan juga namun perkataan suaminya benar, ia harus selalu menjaga makanan yang masuk dalam tubuhnya
"Makan es krim yang lain saja. Yang hangat"
Kening wanita itu berkerut "Emang ada yang hangat?"
"Nih." tunjuk Richard dibawahnya. Istrinya malah tertawa keras dan menggeleng kepalanya. "Big No"
"Entar juga mau tu." cibir Richard, menjilat jilat es krim. Memasukan es krim ke mulut dalam dalam lalu menariknya keluar lagi. Meniru kebiasaan istrinya pada batangnya.
Eca melipat bibir menahan tawa. Sementara suaminya menaik turun kan alis tebalnya menggoda. "Gimana, nyonya? Ayo sayang, makan es krim." Richard melahap habis es krimnya dengan satu kali suapan. Ia mendekat, menggendong istrinya layaknya karung beras dan bergegas menaiki tangga menuju kamar.
Richard membuka seluruh pakaian nya. Eca yang tadi menolak sudah telanjang bulat karena ulah Richard juga. Meja rias wanita itu bergoyang seperti gempa bumi saat ia menduduki Eca disitu dan menyodok miliknya masuk.
Kacau. Richard membawanya ke sofa dan menghujam nya tanpa henti. Liar, cepat dan memabukkan. Eca menjerit jerit meladeni Richard yang kesetanan.
Puasa sex memang tak cocok untuk pria sepertinya. Seminggu Eca datang bulan dan seminggu pula Richard tidak merasakan lubang indah milik istrinya itu.
Tubuh Eca di gendong naik, duduk di kepala sofa. Eca mengangkang lebar supaya milik suaminya bisa meluncur keluar masuk dengan mudah. Bibirnya diraup habis. Mempertemukan mereka disela sela genjotan Richard adalah rutinitas terindah mereka.
Eca menyudahi lumatan suaminya yang menuntut saat permainan mulai berjalan kasar. Mereka memandang satu sama lain dengan pinggang yang saling bergoyang di bawah.
Permainan berlangsung panas sampai Eca squirting di tengah permainan membuat si empunya penis menyeringai puas. Dengan milik yang masih tertancap, Richard membawa nya ke kasur. Menjatuhkan Eca, mendekapnya dan menghujam nya liar. Menyambut pelepasan panas mereka yang kedua kalinya malam ini.
***
.
Rindu aku nggak?
Pasti nggak 😭
Cerita Charli akan aku up di bulan ini ya. So, tungguin aja ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Brother Richard (End)
RomanceWarning 21+ ⚠ Setiap konten sensitif pada cerita ini tidak di sensor! Bijaklah dalam memilih bacaan! Eca Dominica, seorang gadis cantik jelita yang tinggal bersama ayahnya, Lenry Dominica. Seorang yang dengan baik dikenal sebagai pembisnis kaya ray...