Part 39

46.6K 2.3K 244
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Saat suara-suara menghilang dan pandanganmu gelap, berarti kau sedang tidur dengan damainya. Eca Dominica, seorang perempuan terbaring dengan nafas teratur dan jarum infus tertancap di nadi nya.

Dia yang tak pernah menyangka beberapa jam sebelum nya mengalami kejadian yang buruk, sekarang sedang terbaring di Rumah sakit.

Di kedua sisi ranjang ada kedua orang-tua nya. Lenry dan Rista saling memandang tanpa bersuara. Lenry menggenggam kuat jemari putri semata wayangnya.

Ia merasa sangat marah kepada orang-orang yang menyiksa putrinya tanpa tahu ia sendiri bahkan tak pernah membentak putrinya sekali pun.

Lenry mengusap lagi rambut Eca dengan sangat hati-hati. Tak mampu melihat seluruh permukaannya wajah putrinya di tutupi perban. Kedua mata Eca bergetar mengalihkan atensi Ayah nya.

Mata Eca terbuka setengah. Pupilnya mengecil saat banyak pasokan cahaya yang masuk menembus iris. Perlahan mengalikan pandangan nya. "Sayang?" Terdengar suara Rista.

Eca merasa wajahnya di tumpuk sesuatu. Saat ia masih mencari alasan mengapa berada di sini, pupilnya melebar. "Ri--chard."

Nama pria itu lah yang pertama keluar dari bibir nya. Eca memandang Ayah-nya"Richard mana Yah?" Ucapnya parau.

Tak terdengar suara dari Lenry Eca merasa tak puas "Richard mana Ma?--dia--"

Rista menggeleng. "Kakak baik-baik saja.."

Eca menggeliat, mencoba untuk bangun namun Ayah nya menahan. "Kamu butuh istirahat dek"

Ia menggeleng."Nggak--nggak mau. Eca mau liat Richard"

"Sayang, Richard baik-baik saja. Dia juga lagi istirahat" sahut Rista lagi. Eca di tuntun Lenry berbaring dengan wajah cemas nya.

"Ini sudah larut. Kalau kamu udah cukup istirahatnya, baru kita jenguk kakak" Lenry menggenggam tangannya lalu tersenyum lembut.

Eca mematuhi ucapan Ayahnya. Wajahnya sudah tidak terlalu perih. Ia baru sadar kepala dan kedua pipinya diperban. Tapi rasa pusing belum sepenuhnya hilang. Eca tidak tahu bagaimana tampilannya sekarang.

Seorang suster berjalan masuk, Lenry tersenyum sekali lagi sebelum memberi tempat untuk suster itu.

***

Eca terbangun pagi sekali. Rista memaksa untuk makan dulu tapi ia tolak akhirnya datanglah salah satu perawat berbadan gemuk yang menahannya.

Eca makan buburnya dengan tak minat, ia hanya menghabiskan setengah piring. Setelah itu ia tolak jauh-jauh piring itu. Eca memaksa Lenry dan Rista untuk cepat mengantarnya ke Richard dan mereka pun mengantarnya.

Jarak ruang inap Eca hanya satu kamar dengan ruang inap Richard. Saat pintu terbuka, Eca berdiri mematung melihat pria itu terbaring. Rista mengantar nya ke kasur di ruangan besar bernuansa putih itu.

My Bad Brother Richard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang