Bagian 1

130 88 40
                                    

Ayana Renjani. Seorang gadis cantik yang tetap ceria dikala keterbatasannya yang tak bisa berjalan. Senyumnya tak pernah luntur, membuat orang tak tahu dengan lukanya. Hidup hanya berdua dengan sang Abang, Rendy setelah kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya yang membuat mereka pergi untuk selama-lamanya. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur karena Rendy selalu ada disampingnya.

Seperti pagi ini. Hari ini adalah hari pertama Ayana kuliah di kampus yang sama dengan abangnya, Rendy. Ayana merasa sangat semangat karena untuk pertama kalinya, ia memulai aktivitas diluar. Jujur, awalnya ia ragu untuk memulai hal yang baru ini. Tapi berkat kak Rendy, ia menjadi sangat yakin.

Tok .... Tok .... Tok ....

"Ayana kamu udah bangun??" ucap Rendy dari luar kamar.

"Hmm. Udah kok, Kak!" balas Ayana sedikit berteriak dari dalam.

"Boleh Abang masuk??"

"Boleh. Abang masuk aja. Pintunya gak di kunci, kok!"

Ceklek ....

"Kok, kamu malah diam di kamar sih, Dek? Sarapan dulu, yuk!" ajak Rendy pada adiknya itu.

Ayana mengalihkan pandangannya ke arah pria itu. "Iya, Bang. Duluan aja, aku belum laper."

Ucapan Ayana membuat sebelah alis Rendy terangkat. "Loh, kok gitu? Kalau kamu gak
sarapan, gimana mau ada energi buat belajar hm?" tanyanya.

Ayana menundukkan kepalanya. "Sebenarnya A- Ayana takut, Bang." Gadis itu tampak terlihat cemas. Kedua matanya tak mampu untuk bertatapan langsung dengan mata Rendy.

"Loh? Takut kenapa, Dek? Niat kamu itu mau belajar, mencari ilmu buat masa depan. Bukan mau cari hantu," ucap Rendy sembari terkekeh.

"Bukan gitu, Bang, A- Ayana kan baru mengenal dunia luar. Gimana kalau Ayana nggak bisa dengan semua ini? Maksud Ayana, gimana caranya beradaptasi dengan orang baru," Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Bibir gadis itu bergetar hingga tak lama mengeluarkan sebuah isakan kecil. "Hikss."

"Loh? Kok malah nangis, hm?" Rendy langsung membawa tubuh kecil Ayana ke dalam pelukannya. "Kalo kamu gak mau kuliah, gapapa, dek. Abang gak akan maksa kamu kok dek," gumamnya seraya mengelus lembut surai adiknya.

Ayana langsung menggeleng dalam pelukan Rendy. "Enggak. Ayana bakalan tetap kuliah. Walaupun keadaan Ayana kayak gini, Ayana bakalan berusaha untuk sukses demi masa depan Ayana!" ucap gadis itu penuh tekad.

"Nah, gitu dong. Itu baru adeknya Abang Rendy yang tampan!"

"Hehe. Ayana janji akan banggain Abang. Ayana gak akan buat Abang kecewa, karena Abang satu-satunya orang yang Ayana punya setelah ayah dan bunda pergi ...," lirihnya. "Sekarang kita berdua harus saling menyayangi dan saling menjaga satu sama lain ya, Bang. Ayana sayang banget sama Abang." Ia langsung memeluk erat tubuh Rendy yang dibalas tak kalah erat oleh pria itu.

"Abang juga sayang banget sama kamu, Dek."

•••

Kini, Ayana sedang berada di ruang tamu sendirian. Rendy sudah berangkat kuliah, karena pria itu ada jadwal pagi. Sedangkan, dirinya akan masuk kuliah sing nanti.

"Huft, aku bosen banget." Sedari tadi, ia hanya duduk di sofa sembari menonton TV yang menayangkan film si kembar botak.

Drtt .... Drtt ....

Ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja bergetar. Sebuah panggilan telepon masuk.

"Haikal?" gumamnya dengan senyuman yang mulai mengembang di bibirnya. Dengan semangat, ia mengangkat panggilan dari sahabatnya itu.

"Halo, Kal?"

"Halo, Ay. Lo dimana?" tanya Haikal dari seberang sana.

"Dirumah, lah. Emang kenapa?" tanyanya bingung.

"Lo gak kuliah?"

"Eum ... aku masuk siang."

Di seberang sana, Haikal tampak tersenyum sumringah. "Kebetulan banget, gue juga dapet kelas siang hari ini. Gimana kalau berangkat bareng?" tawar pria itu.

Ayana terdiam sesaat, sebelum akhirnya menjawab. "Emang gapapa?" tanyanya ragu.

"Astaga! Gapapa lah, Aya. Gue otw ya?"

Ayana menganggukkan. "He'em."

"Dah, Ay."

"Dah."

Tut

***

Kini, Ayana dan Haikal sudah sampai di halaman kampus mereka. Neo Culture Technology adalah nama kampusnya. Sebuah universitas yang cukup terkenal di kota mereka.

Sedari tadi, mata Haikal tak berhenti melirik gadis disampingnya. Gadis itu tampak kesusahan mendorong kursi rodanya. "Gue bantu dorong ya, Ay?" tawarnya.

Ayana mendongakkan kepalanya menatap pria itu. "Boleh?" Bukannya menjawab, gadis itu malah melayangkan pertanyaan.

"Astaga! Boleh lah, Ay. Sini-sini." Ia langsung membantu Ayana mendorong kursi rodanya menuju kelas. gue bantu dorongin,"

"Em ... Ay. Gue boleh nanya sesuatu gak sama lo??" ucapnya lagi sembari menatap ke depan.

Banyak sekali tatapan yang tertuju pada mereka di sepanjang lorong kampus.

Ayana mengangguk. "Boleh. Haikal mau nanya apa?" tanya gadis itu.

Dengan sedikit ragu, Haikal kembali membuka suaranya. "Em, kenapa lo tiba-tiba mau kuliah? Maksud gue tuh, bukannya lo pernah bilang gak mau kuliah? Kok, sekarang mau?"

Ayana terdiam berpikir. "Aku juga awalnya ragu, Kal. Tapi, bang Rendy selalu support aku dan bilang kalau aku itu harus berani. Jangan anggap keterbatas aku ini sebagai hal memalukan. Tapi, anggap ini sebagai keistimewaan yang Tuhan percayakan kepada aku. Jangan malu dan jangan mudah menyerah kalau memang ingin masa depan yang indah. Itu kata-kata bang Rendy yang buat aku berani mengambil keputusan ini," ucapnya dengan tegas.

"Wah, keren banget bang Rendy. Gue juga bangga sama lo, Ayana. Bener kata bang Rendy, keterbatasan lo ini bukanlah hal memalukan, tapi sebuah keistimewaan yang Tuhan berikan." Tangan pria itu terangkat mengelus rambut panjang Ayana lembut. "Mulai sekarang, jangan pernah malu dan takut lagi ya, Ay. Gue dan bang Rendy selalu ada buat lo dimana pun dan kapanpun itu."

Ayana mendongakkan kepalanya sembari tersenyum lebar, hingga kedua matanya menyipit. "Iya. Makasih, Haikal," ucapnya begitu tulus.

"Sama-sama, Ayana."

Keduanya saling pandang sebentar dengan senyum tulus masing-masing, lalu kembali berjalan menuju kelas mereka.

***

HUHUHUUU SEGITU AJA DULU YAA GUYS,GIMANA NGE FEEL GAK CERITA NYA,JUJUR AWALNYA SEMPET RAGU ,BUAT NGELANJUTIN CERITA INI KARNA TAKUT ENGGAK DAPET FEEL NYA😩EHH TAPI KARNA DUKUNGAN DARI KALIAN SEMUA,AKU JADI LEBIH SEMANGAT BUAT LANJUTIN CERITA INI,THANKYOU ALL,❤❤❤

KESEMPURNAAN CINTA - END√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang