Bagian 4

82 63 34
                                    


"Hari ini aku pulang bersama Mahesa. Di dalam perjalanan, Mahesa tak berhenti bercerita. Ceritanya begitu panjang dan rumit sampai-sampai aku pusing mendengarnya.

"Ayana," panggilnya sambil melihatku dengan tatapan penasaran.

"Kenapa, Sa??" kataku sambil tersenyum melihat kearah Mahesa

"Aya dengerin Esa cerita kan??" tanyanya, memastikan.

"Dengerin kok, kenapa emang??" kataku sambil menoleh ke arahnya dan tersenyum. Aku selalu suka melihat ekspresi wajahnya.

"Kok Ayana gak respon apa-apa sih??" katanya, tampak sedikit kecewa.

Hehehe.. mau respon kayak gimana sih?? Orang dari tadi Esa, gak ngasih jeda buat Aya ngomong," kataku sambil tertawa. Tawaku terdengar riang, menunjukkan betapa senangnya aku bisa berbicara dengan Mahesa lagi.

"Ohh sorry, Ayana. Abisnya aku seneng banget bisa pulang lagi ke Indonesia. Esa kangen banget sama kalian, hehehe," katanya, tampak gembira.

"(Apalagi sama kamu, Ayana),"  Gumamnya dalam hati sambil menatapku

"Iya, Ayana juga kangen banget sama kamu Sa. Kamu jarang banget komunikasi sama kita, semenjak di Canada," kataku kepada Mahesa

"Maaf ya Ayana Esa sibuk banget di sana, makanya Esa jarang hubungin kalian. Tapi tenang, mulai sekarang aku udah tinggal di sini lagi, jadi bakal bareng terus sama kalian," katanya sambil tersenyum manis ke arahku.

"Beneran, Esa mau tinggal di sini lagi??" tanyaku dengan antusias

"Mau Esa gendong gak??" tanyanya sambil berjongkok di depan pintu mobil

"Gausah, Sa. Biar Ayana pake kursi roda aja," kataku sambil tersenyum kearahnya

"Tumben banget gak mau gendong?? Waktu dulu aja mau di gendong mulu sama Esa," katanya, agak sedikit meledekku

"Ishhh, itu kan dulu, pas Ayana masih kecil. Sekarang Ayana udah dewasa, pasti berat," kataku dengan sedikit kesal

"Emang seberat apa sih badan kamu, Sampe-sampe Esa gak bisa gendong kamu lagi?? Udah sini, aku gendong aja," Kata Mahesa

"Tapi kalau capek jangan ngeluh ya??" kataku dengan tegas

"Ayana, pegangan yang kenceng ya, Esa mau lari," katanya, tampak bersemangat.

"Janga-" Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, ia sudah berlari sekencang-kencangnya, yang membuatku hampir jatuh ke belakang.

"ESA, CUKUP! JANGAN LARI," teriakku sambil berusaha menahan keseimbangan.

"Hahahaaa, gapapa Ayana, kalo gini kan jadi inget waktu kecil," katanya sambil tertawa

"Terserah," kataku sambil tersenyum malu

Sebentar lagi nyampe rumah Ayana" teriaknya, tampak antusias

"Sst, jangan teriak-teriak, Esa. Malu tau," kataku, merasa sedikit malu dengan tingkahnya

Sesampainya di depan rumah, kita berdua dikejutkan dengan orang-orang yang ada di teras rumah.

"Lah, kita nungguin lo pada, kalian malah asik berduaan," kata Haikal, tampak sedikit kesal

"Baru juga ketemu udah nempel aja nih," sekarang giliran Jovan yang bersuara, tampak sedikit iri

"Kalo udah bucin mah, pasti susah sih," kata Nathan, tampak sedikit mengejek

Karena aku malu dengan perkataan mereka barusan, aku pun berbisik kepada Mahesa.

"Sa, turunin Ayana sekarang juga," kataku kepada Mahesa

Ahh iyaa," katanya dengan gugup, lalu ia mendudukan aku di kursi teras. Ekspresinya tampak sedikit canggung, tapi juga penuh perhatian

"Rendy mana, Kal?" tanya Mahesa, mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ohh, Rendy lagi ke supermarket bentar," jawab Haikal, tampak santai.

"Ohh oke," kata Mahesa, tampak lega.

Ayana masuk dulu ya," kataku kepada mereka semua, merasa sedikit lelah.

"Ayana, mau Esa bantu dorong kursi rodanya?" tanya Mahesa kepada Ayana

"Gausah, Sa. Makasih, Aya bisa sendiri kok," kataku sambil tersenyum, lalu memajukan kursi rodaku ke arah kamarku

Di sisi lain, Mahesa hanya bisa menghela nafas, menatap kepergian Ayana ke dalam rumah. Ekspresinya tampak sedikit sedih

"Bang, kalau lo suka sama Ayana, ungkapin sekarang juga. Jangan bersembunyi di balik pertemanan kalian kaya gini dong," kata Haikal sambil menepuk pundak abangnya tersebut

Iya, Sa. Lebih baik lo ungkapin perasaan lo ke Ayana, jangan ditunda lagi," kata Jovan, tampak serius

"Apa sih yang buat lo takut, Sa?" tanya Nathan penasaran

"Hmm... gue takut ditolak, Aya," jawab Mahesa sedikit ragu

" Bang, ditolak cinta itu hal biasa. Tapi setidaknya lo ungkapin dulu tentang perasaan lo ke Aya. Soal ditolak, dan diterima nya urusan nanti, bang," kata Haikal panjang lebar

"Sebenernya bukan cuma takut ditolak aja sih, Kal. Gue lebih takut kalau nanti gue ngomong ke Ayana tentang perasaan gue yang sebenernya, dan kalau nanti seandainya gue ditolak, terus Ayana jauhin gue karena hal ini, gimana? Gue gak mau itu terjadi Kal. Lebih baik Ayana gak tau semua ini," kata Mahesa kepada Haikal

"Terus kalau lo gak ngomong sekarang, kapan lagi, bang?" tanya Haikal

"Gak tau, Kal. Tunggu waktu yang tepat aja," kata Mahesa lagi



Hallo semua nyaaa, gimana cerita nya?
ngefeel gak?semoga kalian suka yaa sama part ini❤❤ dan makasih juga buat kalian yang masih setia sama cerita aku❤😚ohh yaa kemarin ada yang bilang,kalau cerita aku kurang panjang disetiap part nya,maaf yaa bukan gak mau di perpanjang 🙏

nanti kalo panjang dibilang kepanjangan, and akhirnya kalian males baca, makanya aku pendekin cerita nya supaya kalian gak bosen☺ udah yaa gitu aja penjelasan nyaa thankyou guyss❤☺ see u next part jangan lupa vote and comen yaa😉💕

BTW HAPPY BIRTHDAY Uri maknae Park jisung🎂💚💚😘

BTW HAPPY BIRTHDAY Uri maknae Park jisung🎂💚💚😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💚💚

KESEMPURNAAN CINTA - END√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang