Bagian 14

51 25 12
                                    

Pagi ini aku bangun lebih awal, gara-gara terdengar suara gaduh antara Haikal dan Kak Rendy.

"Udah, sini sama gue aja. Lo gak akan bisa, Haikal," jelas Kak Rendy ke Haikal.

"Emang kenapa sih, Ren, Ketimbang goreng telur doang kok heboh. Udah, sini, sama gue aja," kekeh Haikal.

"Gak, ya. Lebih baik lo diem aja, gak usah banyak bacot," kata Rendy.

"Yaudah deh, gue nonton TV aja. Dibantuin kok gak mau," kata Haikal sambil jalan keluar dapur.

"Mending gue jadi babu di rumah gue sendiri dah, daripada dapur gue kebakaran," kata Rendy lagi.

"Pagi, Kak," sapaku ke Kak Rendy.

"Pagi, Dek. Udah bangun ternyata," katanya sambil senyum ke arahku.

"Lagi bikin sarapan apa, Kak?" tanyaku ke Kak Rendy.

"Kakak bikin nasi goreng, sama ayam goreng, Dek," kata Kak Rendy.

"Wih, banyak banget masaknya," kataku sambil ambil segelas air.

"Kamu lupa? Kan di sini ada empat curut, jadi harus masak banyak," kata Kak Rendy.

"Oh, iya. Ayana lupa, Kak," kataku sambil cengengesan.

"Udah, sana kamu tunggu di ruang TV aja. Sebentar lagi sarapannya mateng," kata Kak Rendy.

Sesampainya di ruang tengah, aku hanya melihat Haikal dan Nathan.

"Na, Mahesa sama Jovan kemana?" tanyaku ke Nathan.

"Di balkon, Ay. Lagi gitaran," jawab Nathan sambil seruput kopi.

"Samperin si bucin sana," kata Haikal ikutan ngomong.

"Hah, si bucin? Siapa?" tanyaku ke Haikal.

"Abang Esa lah, siapa lagi coba?" jawab Haikal.

"Yaudah deh, Ayana ke Mahesa dulu ya," kataku ke mereka berdua.

Sesampainya di balkon, aku langsung hampiri Mahesa yang lagi main gitar bareng Jovan.

"Esa..." panggilku kepada Mahesa. mendengar panggilanku, dia langsung melihat ke arahku sambil tersenyum.

"Eh, udah bangun," katanya sambil menghampiriku.

"Hari ini jadi kan?" tanyaku ke Mahesa.

"Iya, jadi kok," kata Mahesa sambil senyum.

"Berdua aja, atau ikut semua?" tanyaku.

"Semua ikut kok Sayang. Sekalian main," kata Mahesa.

"Iya, kita jadi nyamuk. Lu ngebucin," kata Jovan ikutan ngomong.

"Sirik aja lu, jones," kata Mahesa kepada Jovan.

"Nama gue Jovan ya, bukan jones," kata Jovan kesal.

"Iya, Jovan Jones, alias Jovan jomblo ngenes," kata Mahesa sambil ketawa.

"Bacot lu," kata Jovan ke Mahesa.

"Udah-udah, jangan berantem," kataku.

"Cowok lu tuh, Ay. Ngeselin banget dah," adu Jovan kepadaku.

"Lah, aduan banget lo, Jov," kata Mahesa sambil tertawa

"Udah, Sa. Udah, kamu suka banget ngusilin Jovan deh," kataku sambil tatap Mahesa dengan tajam.

"Iya-iya, maaf, Sayang," kata Mahesa sambil tersenyum.

"Yuk, masuk. Sarapan dulu," ajakku kepada mereka.

Sesampai kita di ruang makan, tiba-tiba Kak Rendy datang membawa sepiring makanan.

"Yey, makan!" seru Haikal heboh.

"Gausah heboh, anying. Berisik tau gak," kata Nathan kesal.

"Anak dua ini, kalo gak berantem sehari kayaknya gak tenang ya hidupnya," kata Jovan.

"Nah, si bucin datang," kata Haikal sambil melihat ke Mahesa.

"Apa lu, jomblo?" kata Mahesa sambil melihat Haikal.

"Udah-udah, mending sarapan, daripada berantem," kata Kak Rendy.

"Kalian mau ikut gue gak?" tanya Mahesa.

"Kemana?" tanya Haikal sambil lihat ke arah Mahesa.

"Gue sama Ayana mau ke mall, mau beli baju couple," kata Mahesa dengan bangga.

"HALAH, BULOL BANGET," kata Haikal sewot.

"Ngapa lu? Kalau gak mau ikut yaudah, gue sama yang lain aja," kata Mahesa.

"Terus gunanya kita ikut sama lo apa ya? Ngeliat orang ngebucin?" kata Rendy.

"Bukan itu aja, kalian bisa bawain belanjaan kita kok, kalau kalian mau?" kata Mahesa.

"Ogah ya, njing. Emang kita babu lo hah?" kata Jovan kesal.

"Gue traktir dah, gimana? Mau gak?" tanya Mahesa.

"NAH, KALO GITU KITA IKUT," kata mereka bersamaan.

"Giliran traktiran aja lu pada cepet," kata Mahesa.

KESEMPURNAAN CINTA - END√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang