Bagian 13

53 28 27
                                    

Setelah acara makan berakhir, aku dan Mahesa memilih untuk duduk di balkon, sekadar menikmati angin malam.

"Ayana, kamu mau ikut besok?" tanya Mahesa padaku.

"Ke mana?" balasku, menoleh ke arahnya.

"Besok aku ada rencana beli baju couple buat kita Sayang," jawabnya sambil tersenyum.

"Oh iya boleh, Apa cuma kita berdua, atau kita ajak yang lain juga?"

"Terserah kamu aja Sayang," kata Mahesa, lalu merebahkan tubuhnya di lantai balkon.

Melihat kelakuan Mahesa, aku hanya bisa tersenyum.

"Kenapa kamu tiduran di situ, dingin tau," kataku, lalu ikut merebahkan tubuhku di samping Mahesa

"Yeuh, katamu dingin tapi malah ikut-ikutan.

"Sayang, liat deh, bintangnya bagus kan?" kataku sambil melihat ke arah Mahesa, lalu menatap langit malam.

"Iya sayang, bagus ya. Banyak bintangnya, jadi indah," kata Mahesa sambil kembali fokus menatap langit.

"Kalau aku jadi bintang di sana, menurut kamu, aku ada di posisi mana di antara keenam bintang itu?" tanyaku kepada Mahesa.

"Eumm... menurut aku, kamu itu bintang yang ada di tengah," jawab Mahesa sambil menatapku.

"Loh, kenapa harus yang di tengah, Kan bintangnya ada banyak?" tanyaku, bingung.

"Karna kamu satu-satunya perempuan yang harus kita lindungi, Ayana," jawab Mahesa.

"Maksud kamu?" tanyaku, masih bingung.

"Liat lagi deh bintangnya, itu bintangnya ada enam kan?" tanya Mahesa padaku.

"Iya, terus, apa hubungannya, Sayang?" balasku sambil menoleh ke arahnya.

"Bintang itu tuh, sama seperti kita, Sayang," katanya sambil tersenyum ke arahku.

"Ohh, iya, aku paham. Karna aku satu-satunya perempuan di antara kalian berlima, maka dari itu, aku harus ada dalam lindungan kalian, gitu bukan sih maksudnya?" tanyaku kepada Mahesa.

"Nah, itu kamu paham," kata Mahesa sambil mengacak rambutku.

"Yaudah yuk masuk, udah malem," ajak Mahesa.

"Kursi roda Ayana mana, Sa?" tanyaku.

"Gausah pake kursi roda, Ayana," kata Mahesa.

"Terus gimana caranya Ayana masuk ke dalem rumah kalau nggak pake kursi roda, Sa?" tanyaku sambil tersenyum ke arah Mahesa.

"Aku gendong kamu aja Ayana," kata Mahesa sambil mendekatkan wajahnya ke depan wajahku, sehingga jaraknya sangat dekat. Hal ini membuat jantung Ayana berdegup sangat kencang.

"H-hah, nggak usah ngaco deh, Sa," kataku sambil memalingkan wajahku, dan mencoba mengatur perasaanku yang tak karuan ini.

"Kok kamu gugup gitu sih, Terus mukanya pucet lagi, kamu sakit?" tanya Mahesa, khawatir.

"Aku gapapa kok, udah cepet ambil kursi rodanya," titahku kepada Mahesa.

"Iya, tunggu bentar aku ambil kursi rodanya dulu," kata Mahesa sambil lari ke dalam rumah.

Tak lama kemudian, Mahesa datang sambil bawa kursi roda.

"Yuk, sini aku bantu naik," kata Mahesa sambil ulur satu tangannya buat pegangan.

Akhirnya, aku menerima uluran tangan Mahesa.

"Udah ini kamu langsung istirahat ya," kata Mahesa sambil dorong kursi rodaku ke arah kamar.

"Iya, Sa," kataku sambil senyum ke arahnya.

"Kalau ada apa-apa, panggil aku ya," katanya.

"Iya Mahesa, kamu bawel deh," kataku.

"Yaudah, aku keluar dulu ya. Good Night, Sayang," kata Mahesa sambil jalan ke arah pintu.

"Hmm... Good Night too, Sa. Udah, kamu juga tidur sana," kataku sambil dorong pelan tubuh Mahesa, agar keluar dari kamarku.

"Dah, Sayang," kata Mahesa lagi.

"Iya," kataku sambil tutup pintu kamar.

BRAK...

"Gue salah apa ya? Apa Ayana marah?"

Sesampainya di kamar, Mahesa hanya melamun. Hal itu bikin perhatian keempat temannya beralih ke Mahesa.

"Kenapa lu, Sa?" tanya Rendy sambil melihat ke arah Mahesa.

"Gapapa kok, Ren," kata Mahesa.

"Pasti ada hubungannya sama Ayana?" tebak Nathan.

"Iya, pasti sih, Na," kata Haikal ikutan ngomong.

"Emang ketara banget ya?" tanya Mahesa ke mereka berempat.

"Iya," jawab Rendy enteng.

"Iya apanya?" tanya Mahesa lagi.

"IYA, KETARA BUCINNYA," kata mereka bersamaan.

"Yeuh, si anying," kata Mahesa sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur milik Rendy.

"Emang kenapa lagi sih, Bang?" tanya Haikal.

"Jadi tadi tuh, kita berdua lagi ngobrol di balkon," jelas Mahesa.

"Iya, terus apalagi?" tanya Jovan.

"Pas kita mau masuk rumah, gue lupa ambil kursi rodanya Aya. Tapi pas gue nawarin buat gendong dia, dia malah nolak," kata Mahesa.

"Yaudah sih, gapapa. Gitu aja kok galau," kata Haikal.

"Bukan soal itu Kal. Masalahnya pas gue nawarin dia buat digendong, dia tiba-tiba nggak mau liat muka gue. Terus ngomongnya jadi gugup, terus mukanya pucet lagi. Gue takut dia sakit," kata Mahesa.

BUK...

Sebuah bantal melayang ke wajah Mahesa.

"Lo apa-apaan, Jovan? Sakit, goblok" kata Mahesa ngegas.

"Lo masih nanya ke kita, Soal begituan lo nanya kita?" kata Jovan kesal.

"Emang kenapa?" tanya Mahesa polos.

"ITU NAMANYA SALTING, GOBLOK! LU NGERTI GAK SIH, MAHESA?" teriak Jovan.

"Emang iya?" tanya Nathan buat memastikan.

"Iya, gue yakin seratus persen deh," kata Jovan.

"Buktinya apa coba?" tanya Haikal, nggak percaya.

"Yeuh, dibilangin nggak percaya. Nih ya, kalau dalam hitungan ketiga lo denger Ayana teriak, berarti gue bener," kata Jovan.

"Bener apa? Ayana salting gitu?" tanya Rendy.

"Iya, coba buktiin bareng-bareng," usul Nathan.

1...
2...
3...

"AAAAAAAA! KAKAK, AYANA SALTING! TOLONG, GABISA, GABISA! MAHESA, KAMU BIKIN AKU SALTING!"

Teriakan dari kamar Ayana itu bikin kelima cowok itu bungkam.

"Nah kan, gue bilang juga apa," kata Jovan.

"AYANA, KAMU TIDUR YA! JANGAN TERIAK-TERIAK GITU! INI UDAH MALEM, JANGAN BERISIK!" teriak Rendy.

"IYA, MAAF KAK. UDAH, INI AYANA TIDUR KOK," jawab Ayana.

"AYANA, KALO LO SALTING, KOK LO KAYAK ORANG KESURUPAN SIH?" tanya Haikal.

"MENDINGAN TIDUR DEH YA, DARIPADA KAMU COSPLAY JADI ORGIL GITU. NGERI, NANA, DENGERNYA," kata Nathan.

"AYANA, LO MAU KITA DIGEBUK WARGA, GEGARA TERIAKAN LO YANG BIKIN GEMPAR INI?" tanya Jovan.

"SAYANG, KALO SALTING ITU BIASA AJA YA. JANGAN BIKIN ORANG SAKIT TELINGA, GEGARA TERIAKAN KAMU," kata Mahesa.

"IYA, MAAF. GOOD NIGHT SEMUA, AYANA TIDUR DULU YA," jawab Ayana.

"IYA, SAYANG, GOOD NIGHT. SWEET DREAM," kata Mahesa.

"AAAAA, AKU SALTING LAGI!" teriak Ayana lagi.

"AYANA RENJANI, DIAM KAMU!" teriak Rendy.

"DEK, CINTA TAK SELAMANYA INDAH, DEK!" teriakan keempat cowok itu bikin Ayana dan Mahesa terdiam.

Alhamdulillah akhirnya bisa up juga☺gimana cerita nya??ngefeel nggak?semoga kalian suka sama ceritanya ya❤jangan lupa vote and comment,thankyou juga buat kalian yang udah baca ceritaku😙See u next part guys👋☺

KESEMPURNAAN CINTA - END√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang