Bagian 16

37 22 1
                                    

Hari ini kami semua sedang bersiap-siap untuk pergi ke acara ulang tahun Kak Dimas. Sementara itu, Kak Rendy dan Haikal sedang beradu mulut karena berebut kamar mandi.

"Rendy, buruan! Gue mau mandi," teriak Haikal.

"Sabar, woy! Baru juga keramas," teriak Kak Rendy tak kalah kencang dari Haikal.

"Ahh, elah. Ngapain keramas sih? Cepetan, lama banget dah lu," kata Haikal kesal karena menunggu Rendy selesai mandi.

"Makanya kalian jangan begadang. Jam segini baru bangun, kan jadinya," kataku sambil menyalakan TV dengan remote.

"Tuh, kelakuan abang lo, Ay. Ngajak main game sampe subuh," adu Haikal kepadaku.

"Kenapa jadi gue yang disalahin? Bukannya lo yang kalah main game?" jawab Rendy tak terima.

"Udah, jangan berantem. Intinya kalian berdua itu kebo, tau nggak?" kata Mahesa ikut berbicara.

Tak lama setelah itu, Jovan dan Nathan pun datang dan ikut bergabung di ruang TV.

"Emang si Rendy bangun jam berapa sih?" tanya Nathan kepada Mahesa.

"Jam tujuh," jawab Mahesa santai sambil memakan popcorn buatan Nathan.

"Njir, lo tidur apa pingsan, Ren? Lama banget, perasaan," kata Nathan kaget.

"Nah kan, dia emang kebo," kata Haikal sambil mengambil popcorn milik abangnya tersebut.

"Lo juga baru bangun ya, anying, kalau lo lupa?" jawab Rendy ngegas.

"Udah, Kal, lo mandi sana," kata Mahesa kepada Haikal.

"Bentar lagi lah, Bang," jawab Haikal kepada Mahesa.

"Kalau nggak sekarang, mau kapan mandinya, Haikal?" tanyaku kepada Haikal.

"Iya, sekarang gue mandi kok," jawab Haikal.

"Yaudah, sana mandi," kataku kepada Haikal.

"Btw, Ay, lo masih marah sama gue?" tanya Haikal, sambil melihatku.

Aku yang mendengar itu pun langsung menoleh kepada Mahesa, dan ia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Hmm..." kataku kepada Haikal.

"Ayana, gue cuma bercanda, sumpah," kata Haikal.

"Makanya kalau ngomong tuh dipikir dulu, Dek. Belum tentu orang lain bisa terima sama candaan lo itu," kata Mahesa kepada Haikal.

"Ayana, maafin gue ya. Lain kali gue bakal lebih hati-hati lagi kalau ngomong, dan maaf juga kalau omongan gue kemarin bikin lo sakit hati," kata Haikal sambil menundukkan kepalanya.

"Huhh, sebenernya Aya nggak marah kok," kataku kepada Haikal.

"Maksud lo?" tanya Haikal bingung.

"Sebenernya itu kerjaan abang lo, Kal," kata Kak Rendy ikut berbicara.

"Jadi gue dikerjain sama kalian?" tanya Haikal kesal.

"Iya, kenapa? Gak suka?" kata Mahesa kepada Haikal.

"Parah lo semua," kata Haikal kesal sambil beranjak dari ruang TV.

"Pasti dia ngambek deh, Sa," kataku kepada Mahesa.

"Gak akan lah," kata Mahesa santai.

"Lo yakin?" tanya Kak Rendy kepada Mahesa.

"Yakin, Ren. Kalo Ayana yang bujuk sih, itu juga hehehe," kata Mahesa.

"Emang kalau aku yang bujuk, dia nggak bakal marah lagi?" tanyaku kepada Mahesa.

"Iya, Sayang," kata Mahesa sambil tersenyum.

"Coba nanti aku yang bujuk deh ya," kataku kepada Mahesa.

"Thank you, Sayangku," kata Mahesa sambil mencubit pipiku.

"Hadeuh, bucin banget lo, Sa," keluh Kak Rendy.

Tak lama setelah itu, aku pun langsung menuju ke kamar tamu untuk menemui Haikal.

Tok... tok... tok...

"Kal, ini Aya."

"Kenapa, Ay?"

"Aya boleh masuk?"

"Masuk aja, Ay. Gak dikunci kok."

Krek...

Aku pun langsung menghampiri Haikal yang sedang duduk di kasur.

"Haikal, masih marah sama Aya?" tanyaku kepada Haikal.

"Enggak," jawab Haikal santai.

"Masa? Jangan bohong kamu," kataku memastikan.

"Gue nggak marah, Ayana," kata Haikal sambil tersenyum.

"Bagus deh kalau gitu. Cepetan siap-siap, nanti telat," titahku kepada Haikal.

"Iya, bawel," kata Haikal malas. Ia pun langsung bergegas ke kamar mandi.

KESEMPURNAAN CINTA - END√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang