apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata sinar senja? pasti kata ini akan memfokuskan pada arti pertengahan antara cahaya sore dan gelapnya malam, bagaimana jika pertengahan ini ada dalam suatu perasaan seorang tanie. yang harus berpamitan pada cahaya sore yang menemaninya dan menyambut malam untuk dua kemungkinan bermimpi indah atau menjadi buruk.
2 bulan semenjak kematian neneknya, tanie menjadi sosok yang sangat mandiri, dia menjadi seorang kaka dan orang tua untuk adik kecilnya anna. semua dia lakukan dengan menyiapkan adaptasi yang tinggi.
sore yang membuatnya tenang kala itu langit sedang menguning. tanie sedang mengambil baju yang di jemur nya tadi siang, tanpa sengaja tanie melihat kebaya usang yang menggantung di jemuran nya.
" ini kan punya nenek, aku ga nyuci ini ko tiba tiba ada". heran nya, tak lama air matanya pun menetes.
tanie membawa semua baju dalam satu ranjang kayu rajut berwarna coklat, di anak tangga terasnya ia duduk meratapi kain usang yang kini membuatnya teringat wanitaparuh baya penting bagi dirinya.
" kenapa kamu bisa ada? apa kamu tidak kasian padaku? susah payah aku melupakan mu, dan kau mengingatkan ku kembali" keluh nya.
kesedihanya terjeda dengan kedatangan anna yang merangkak menghampiri kakanya. itu membuat hati tanie menjadi lega. dia merasa bersyukur anna masi bersamanya.
dengan langit yang sudah menjadi oranye tanie membawa sekeranjang baju dan adiknya masuk ke dalam.
tanie melipat baju yang ia tadi ambil, tatapanya terus tertuju pada adiknya yang sedang bermain, senyum manis nampak pada pipinya yang manis, dan ia melihat kebaya yang tadi ia tangisi dan sontak itu membuatnya menangis kembali.
" kali ini aku tidak boleh menangis, aku akan simpan ke gudang kesayangan nenek agar kebaya ini tersimpan dan aku tidak akan melihatnya lagi." geram nya.
dia berdiri membawa kebaya itu menuju gudang yang paling rahasia, atau yang kita sebut gudang sial, dengan alih alih menyimpan kenangan, tanie memilih kunci kamar itu, satu kunci unik membuat tanie tertuju padanya.
dan benar itu adalah kuncinya, tanie membuka nya secara perlahan, kamar usang penuh debu ranjang yang masih kuno di baluti sprai putih, kursi rajut dengan satu kaki penyangga, dan lemari koyak tertera di sana, tanie masuk dan membuka lemarinya. dia meletakan kebaya nya di dalam lemari yang tampak kosong.
" nek, aku akan simpan kenangan mu di sini, semoga nenek bahagia di sana". ucap nya dengan airmata
"daggh.....'' suara dentuman pintu.
di barengi dengan penutup pintu lemari, pintu kamar itu pun spontan menutup dengan sendirinya.
tanie langsung berlari menuju pintu dan berusaha membukanya,
"tolong... bukakan pintu ini tolong siapapun itu, namun usahanya sia sia tidak ada yang menyaut ataupun pintu nya terbuka.
tanie terus memikirkan cara agar dia bisa keluar dari kamar itu, di mulai dengan mendobrak pintu dengan balok kayu, hingga membuat kunci dari besi sisa di sana, namun tak ada satu pun cara yang berhasil. dia pun teringat pepatah neneknya untuk tidak pernah masuk kamar ini
" aaa, anna maapin kaka" dengan tangis dan teriakan, hingga sampailah ia tertidur.
keadaan gelap kamar usang, memfokuskan pada tanie yang sedang terkelungkup di pintu. sinar matahari masuk lewat genteng yang berlubang berhasil membangunkan tanie.
tanie bangun dan melihat keadaan sekililing,
" ko masi disini, anna aku tinggal semaleman aku takut dia kenapa napa". dia berusaha mencari cara lain.
ketia ia melihat ke arah ubin, sinar matahari yang masuk dari lubang kenteng menghasilkan ide untuk tanie, ia pung segera mendorong kursi ke arah lemari, dia menaiki kursi itu, kaki nya yang mungil perlahan menginjak kepala lemari, sayangnya tanie terpeleset lalu jatuh dan menimpa kursi hingga rubuh, yang menimbulkan suara berisik. tanie tidak kuat lagi kini kaki kanan nya cedera parah. dan dia berambisi untuk keluar dan mencari pertolongan.
dengan sekuat tenaga tanie menghampiri pintu itu, dan berusaha membuka engselnya.
" akan aku coba, membuka nya dari dalam, haaahh,,,,hufttt,,,,,( dengan nafas yang terengah engah)".
tanie merasa letih dan kesakitan, setelah pengeluaran tenaga terakhir, tanie berhasil membuka pintu nya. dan terjatuh.
seiringan pintu terbuka cahaya terang berwarna biru menyelimuti lubang pintu itu, dengan posisi yang setengah terkelungkup tanie melihat dan itu menyilawkan nya.
dibarengi cahaya yang perlahan menghilang, tanie berganti baju dengan sendirinya.
kini tanie mengenakan baju kemeja tipis putih, ketipisan itu memperlihat kan pakaian dalamnya, dengan tubuh mungil yang bersih pinggang yang indah, memadukan kecantikan tanie yang sangat jelas.
tanie perlahan mulai bangun, dan melihat keadaan dirinya yang sangat tiba tiba berubah seperti mimpi. dia keluar dengan kaki yang berjalan terbata bata.
" hah,,dimana aku? "tanya tanie yang terheran melihat semuanya sangat berbeda, begitu keluar dari pintu bukanlah ruang tamu neneknya, melainkan sebuah perkebunan canggih, pohon bisa menjadi tempat produksi makanan sekaligus, di sana terlihat seseorang yang sedang menanam padi menggunakan robot, ada juga yang sedang memetik buah apel di poho yang tinggi menggunakan sepatu terbang.
"tolong,,,tolong,,," teriak tanie, tanie tak memperdulikan sekitarnya yang ia butuhkan hanyalah bantuan untuk menyembuhkan kakinya.
teriakan tanie berhasil didengar seorang pengendara bajai terbang, dan lekas menghampinya
" ada apa, dan kenapa kamu?" tanya supir itu
" kakiku terluka pak, aku terjatuh" jawban tanie, supir itu pun lekas membangunkan tanie dan mendudukanya.
" aku berasal dari gudang itu, ini semua terasa aneh dan mengapa aku bisa ada di sini" . sopir itu langsung tercengang mendengar perkataan tanie,
" dia datang,,,,dia datang,,, lekas berkumpul dan antarkan dia ke istiana" teriak memanggil semua warga datang.
sontak semua warga menghampiri sumber suara yang mengalihkan nya.
semua mengerumuni tanie.
KAMU SEDANG MEMBACA
one girl for seven lord
Fantasy"Kepada Yang Mulia Raja, silakan berikan keputusan akhir." Semua mata tertuju pada Raja, yang dengan hati-hati menghapus air matanya sebelum berdiri dari singgasananya. Dengan nada yang tegas namun penuh emosi, dia mengumumkan, "Sebagai seorang Raja...