Setelah kekalahan besar dalam peperangan melawan kerajaan Asraf, Negeri Gonsa tampak dilanda serangkaian kesialan yang tak terduga. Kekalahan yang seharusnya hanya membawa luka fisik dan kehancuran strategi, ternyata menjadi awal dari kemalangan yang jauh lebih besar bagi seluruh negeri.
Kekalahan perang memperburuk krisis pangan yang sebelumnya sudah melanda. Ladang-ladang yang sempat ditinggalkan untuk fokus pada perang tidak lagi bisa memberikan hasil yang cukup untuk menghidupi rakyat. Hujan deras yang seharusnya menyuburkan tanah justru menenggelamkan sawah dan ladang, menyebabkan gagal panen besar-besaran. Kelaparan mulai menyebar, terutama di desa-desa terpencil. Rakyat mulai putus asa, sementara raja berusaha mencari cara untuk menyelamatkan negeri dari kehancuran yang lebih parah.
Setelah kekalahan, alam seolah murka terhadap kerajaan Gonsa. Gempa bumi kecil mulai sering terjadi, meruntuhkan bangunan-bangunan di desa dan bahkan membuat retakan di tembok pertahanan kerajaan. Sebuah gunung api yang dulunya tak aktif, kini mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas, dengan abu hitam yang mengepul di langit. Warga mulai khawatir bahwa bencana besar akan segera menghantam negeri mereka. Badai petir yang tidak biasa juga melanda wilayah Gonsa, menghancurkan kapal-kapal di pelabuhan, memperburuk kondisi perdagangan yang sudah lemah.
Selain kelaparan dan bencana alam, penyakit misterius mulai menyebar di seluruh kerajaan. Banyak prajurit yang kembali dari medan perang mulai jatuh sakit dengan gejala yang tidak bisa dijelaskan oleh tabib istana. Demam tinggi, kelemahan yang tak tertahankan, dan kulit yang menghitam mulai menyebar di kalangan rakyat, termasuk bangsawan. Tabib dan dokter istana sudah mencoba segala macam pengobatan, tetapi tidak ada yang berhasil. Penyakit ini semakin menyebar, menciptakan kepanikan di seluruh penjuru Gonsa.
Kekalahan dalam perang juga menyebabkan kemunduran ekonomi yang besar. Para pedagang dari negeri-negeri tetangga mulai menarik diri dari perjanjian perdagangan dengan Gonsa karena takut ikut terdampak oleh krisis yang terjadi. Rakyat mulai kehilangan pekerjaan, pasar-pasar menjadi sepi, dan harga barang-barang kebutuhan pokok melonjak tinggi. Kerajaan yang dulu kaya raya kini mulai kehilangan cadangan emasnya, membuat situasi semakin gawat.
Kesialan tidak hanya berdampak pada rakyat jelata. Hubungan antara bangsawan dan militer mulai retak. Para bangsawan yang merasa raja telah mengambil keputusan buruk dengan menyerang Asraf mulai memberontak secara halus. Mereka memperdebatkan kebijakan raja di belakang punggungnya, dan beberapa bahkan merencanakan untuk mengambil alih kekuasaan.
Raja Gonsa, yang melihat semua kesialan ini menimpa kerajaannya, mulai merasa bahwa ia telah membuat kesalahan besar dengan memutuskan untuk berperang melawan Asraf. Dia merasa tak berdaya menyaksikan bagaimana kerajaan yang selama ini ia bangun mulai runtuh sedikit demi sedikit. Setiap malam, ia tidur dengan penuh kegelisahan, dihantui oleh bayangan kehancuran kerajaannya.
Pada titik ini, raja mulai mencari berbagai cara untuk mengakhiri kesialan yang melanda Gonsa. Ia mengundang pendeta, peramal, dan penyihir dari berbagai negeri untuk memberikan solusi. Namun, tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti selain menyarankan agar raja mengalihkan fokus pada penerus kerajaan.
Akhirnya, raja mulai berpikir bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan kerajaannya adalah dengan memastikan bahwa Tanie, Dewi Gonsa, bisa segera memberikan keturunan. Menurut legenda yang beredar di seluruh Gonsa, seorang anak yang lahir dari rahim seorang dewi akan membawa keberuntungan dan kemakmuran yang tak terhingga bagi kerajaan. Raja sangat percaya bahwa kehadiran seorang penerus dari Tanie akan mengakhiri semua kesialan yang menimpa Gonsa.
Namun, sudah berbulan-bulan sejak pernikahan Tanie dengan ketujuh pangeran, dan belum ada tanda-tanda bahwa Tanie hamil. Ini membuat raja semakin putus asa. Ia mulai curiga bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi ia tidak bisa menemukan jawaban yang jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
one girl for seven lord
Fantasy"Kepada Yang Mulia Raja, silakan berikan keputusan akhir." Semua mata tertuju pada Raja, yang dengan hati-hati menghapus air matanya sebelum berdiri dari singgasananya. Dengan nada yang tegas namun penuh emosi, dia mengumumkan, "Sebagai seorang Raja...