Pagi menjelang di Kerajaan Gonsa, suasana masih tenang meski bayang-bayang ketegangan menghantui setiap sudutnya. Di luar istana, Pangeran Taehyung dan para saudaranya bersiap untuk latihan militer yang sangat penting. Mereka berlatih keras, berfokus pada pengembangan keterampilan bertarung dan strategi peperangan. Dengan semangat yang membara, Taehyung, Jin, Jimin, Jungkook, Namjoon, Hoseok, dan Suga berkumpul di lapangan latihan yang luas, dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi.
Taehyung, dengan wajah penuh dendam, berdiri di garis depan, mengawasi setiap gerakan prajuritnya. "Kita tidak bisa kalah kali ini!" serunya dengan penuh semangat, suaranya menggema di udara pagi. "Setiap langkah kita harus terencana. Jika kita tidak bersatu, kita akan hancur!"
Jin, yang selalu tenang dan berwibawa, mengangguk sambil memegang pedangnya dengan santai. "Ingat, bukan hanya kekuatan fisik yang kita butuhkan. Kita harus cerdas dan tahu kapan harus menyerang dan kapan harus bertahan." Dia memberi arahan kepada prajuritnya dengan suara lembut namun tegas.
Jimin, si joker grup, melangkah maju sambil tersenyum lebar. "Tapi jangan lupa, kita juga perlu bersenang-senang! Mari kita buat latihan ini menjadi menyenangkan! Siapa yang bisa mengalahkan musuhnya dengan cara paling lucu?" Dia melompat ke samping dan beraksi seolah-olah sedang berkelahi, membuat semua orang tertawa.
Sementara itu, Jungkook bersiap-siap untuk memberikan kejutan. Dia mengeluarkan alat peraga latihan dari dalam tasnya—beberapa perangkat yang bisa meledak dan menghasilkan asap. "Ini dia! Siapa yang siap untuk merasakan ledakan kesenangan?" Dia menggoda sambil tersenyum, membangkitkan semangat para prajurit.
Namjoon, yang selalu terampil dan bijak, mengingatkan semua orang untuk tetap fokus. "Kita harus menggunakan taktik yang tepat dan tidak terjebak dalam permainan ini. Kita di sini untuk belajar, bukan hanya untuk bersenang-senang," ucapnya dengan nada serius, walaupun senyumnya menunjukkan bahwa ia juga menikmati pelatihan.
Hoseok, dengan semangatnya yang menggebu-gebu, berteriak, "Ayo, kita bisa melakukan ini! Jangan biarkan kelesuan menguasai kita! Kita adalah prajurit terbaik di Gonsa!" Dia memimpin lari ke depan, mendorong semua orang untuk mengikuti jejaknya.
Sementara itu, Suga terlihat lebih terfokus pada tujuan ambisinya. Dengan ekspresi serius, ia mengawasi setiap gerakan musuh yang diprogramkan dalam simulasi pelatihan. "Kita harus mempersiapkan diri untuk apa pun yang terjadi. Dalam perang, tidak ada ruang untuk kesalahan," ucapnya, menekankan pentingnya disiplin.
Tanie, yang sedang menyaksikan pelatihan dari sisi lapangan, merasa terpesona dengan dedikasi dan semangat para pangeran. Meskipun dia sendiri adalah seorang dewi, dia merasakan getaran semangat dan tekad yang kuat dari mereka. Dia mencatat setiap langkah dan strategi, merasa ada pelajaran berharga yang bisa dia ambil dari mereka. Seolah-olah, pelatihan ini tidak hanya tentang pertempuran fisik, tetapi juga tentang kekuatan mental dan persaudaraan.
Matahari mulai terbenam di langit Kerajaan Gonsa, memancarkan warna oranye keemasan yang memantul di atas lapangan latihan. Para pangeran terlihat lelah, namun semangat mereka tetap berkobar. Setelah seharian penuh berlatih, mereka akhirnya bersiap untuk menutup sesi latihan militer. Namun, ada satu latihan terakhir yang harus dilakukan, yaitu simulasi pertempuran nyata di antara mereka. Di bawah arahan Taehyung, para pangeran berbaris di garis depan.
Tanie, yang sejak tadi mengamati dari sisi lapangan, mulai merasa bosan. Matanya tajam mengawasi Taehyung, yang terlihat sangat serius memimpin latihan. Dia tidak bisa menahan diri untuk ikut terlibat. "Taehyung, kau terlalu serius! Semua orang di sini terlihat seperti robot yang siap mati daripada prajurit yang siap berjuang," ejek Tanie sambil tertawa kecil.
Taehyung, yang sudah sangat fokus, menoleh dengan alis terangkat. "Oh, jadi menurutmu kami ini harus tertawa saat berperang? Mungkin kau lebih baik pergi menghias rambut prajurit dengan bunga daripada ikut campur di sini, Tanie."
KAMU SEDANG MEMBACA
one girl for seven lord
Fantasy"Kepada Yang Mulia Raja, silakan berikan keputusan akhir." Semua mata tertuju pada Raja, yang dengan hati-hati menghapus air matanya sebelum berdiri dari singgasananya. Dengan nada yang tegas namun penuh emosi, dia mengumumkan, "Sebagai seorang Raja...